Senin 10 Jan 2022 08:08 WIB

164 Orang Tewas Imbas Kerusuhan Terburuk di Kazakhstan

Kantor Presiden Kazakhstan mengeklaim ketertiban kembali dipulihkan

Rep: Santi Sopia/ Red: Nur Aini
Seorang demonstran membawa perisai polisi di depan garis polisi selama protes di Almaty, Kazakhstan, Rabu, 5 Januari 2022.
Foto: AP/Vladimir Tretyakov
Seorang demonstran membawa perisai polisi di depan garis polisi selama protes di Almaty, Kazakhstan, Rabu, 5 Januari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, ALMATY — Sebanyak 164 orang, termasuk gadis berusia empat tahun, tewas dalam protes yang menandai kerusuhan terburuk Kazakhstan sejak bekas republik Soviet itu memperoleh kemerdekaan 30 tahun lalu. 

Angka itu mengutip Kementerian Kesehatan, dan merupakan peningkatan signifikan dari total yang diumumkan sebelumnya. Tidak jelas apakah jumlah itu hanya merujuk pada warga sipil atau juga memasukan kematian penegak hukum. Pihak berwenang Kazakh mengatakan 16 anggota polisi atau petugas nasional juga telah tewas. 

Baca Juga

Kantor Presiden Kassym-Jomart Tokayev mengatakan ketertiban telah dipulihkan di negara Asia Tengah itu. Pemerintah juga telah mendapatkan kembali kendali atas semua bangunan yang diambil alih oleh para pengunjuk rasa. 

Tembakan sporadis terdengar pada Ahad (9/1/2022) di Almaty, kota terbesar di Kazakhstan, menurut stasiun TV Rusia Mir-24. Tetapi tidak jelas apakah itu tembakan peringatan oleh penegak hukum atau bukan. 

Presiden Tokayev mengatakan bahwa dia telah mengizinkan perintah bagi polisi dan militer untuk memulihkan ketertiban. Demonstrasi, di bagian barat Kazakhstan, dimulai pada 2 Januari akibat protes kenaikan tajam harga bahan bakar.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebut perintah Tokayev sebagai “sesuatu yang ia tolak dengan tegas. Sebelumnya presiden mengizinkan aparat menembak siapa yang terlibat atau dalang dari kerusuhan. “Perintah tembak-menembak, sejauh itu ada, salah dan harus dibatalkan,” kata Blinken di acara ABC “This Week”, dikutip dari Miami Herald, Senin (10/1/2022).

Baca: Bayang-Bayang Kuasa Mantan Presiden di Balik Kekacauan Kazakhstan

Baca: AS: Ada Dua Opsi untuk Selesaikan Isu Ukraina

Partai yang sama telah memerintah Kazakhstan sejak memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada 1991. Siapa pun yang ingin menentang pemerintah telah ditekan, dikesampingkan, atau dikooptasi, di tengah kesulitan ekonomi yang meluas meskipun negara itu memiliki cadangan minyak, gas alam, dan minyak bumi yang sangat besar. Sekitar 5.800 orang ditahan selama kerusuhan, menurut kantor Tokayev. 

Baca: 19 Orang Tewas, Termasuk Anak-Anak Saat Api Melalap Apartemen di New York

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement