REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mengabaikan tuntutan Amerika Serikat (AS) agar menghentikan latihan militer di dekat perbatasan Ukraina. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, tidak ada yang berhak mendikte Rusia di dalam wilayahnya sendiri.
“Kami masih berbicara tentang unit kami dan distrik militer di wilayah negara kami. Konstruksi militer dan pelatihan militer akan telah berlanjut. Ini adalah praktik normal dari setiap angkatan bersenjata,” kata Peskov, dilansir RT News, Jumat (14/1).
Pada 10 Januari, Rusia dan AS menggelar pembicaraan di Jenewa. Kedua pihak bertemu membahas proposal Rusia untuk jaminan keamanan di Eropa. Washington tidak akan mempertimbangkan proposal Rusia yang melarang ekspansi NATO
Proposal tersebut berisi beberapa usulan tersebut antara lain, larangan ekspansi NATO, pembatasan penempatan rudal, dan penghentian penempatan pasukan NATO di wilayah bekas negara Pakta Warsawa. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price mengatakan, Washington akan terbuka untuk perjanjian timbal balik tentang rudal dan transparansi pergerakan pasukan.
Menurut Peskov, Rusia dengan tegas mendukung kesepakatan dengan NATO. Peskov mengatakan, Presiden Vladimir Putin mengatakan, tidak ada ruang untuk ultimatum.
“Situasinya baru saja mencapai titik kritis dalam hal keamanan pan-Eropa dan dalam hal kepentingan nasional negara kita, yang merupakan bagian integral dari Eropa dan arsitektur keamanan Eropa, yang sayangnya kita tidak dapat menunda lebih jauh dan harus menanggapinya secara konkret untuk keprihatinan yang telah disuarakan kepada kami," ujar Peskov.
10 ribu tentara
Kementerian Pertahanan Rusia Kamis (13/1/2022) mengumumkan dimulainya latihan militer dengan partisipasi lebih dari 10 ribu tentara di dekat perbatasan dengan Ukraina. Latihan diadakan di berbagai tempat pelatihan, termasuk di dekat kota Volgograd, Astrakhan, Stavropol, Rostov, dan Krasnodar.