Rabu 26 Jan 2022 15:41 WIB

WHO: Risiko Varian Omicron Tetap Tinggi

WHO sebut tingkat risiko Covid-19 varian Omicron tetap sangat tinggi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
 Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
Foto: AP/Denis Balibouse/Reuters Pool
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, tingkat risiko Covid-19 varian Omicron tetap sangat tinggi. Jumlah kasus baru varian tersebut mencapai rekor pekan lalu.

Menurut WHO, saat ini Omicron mulai mendominasi rantai infeksi di tingkat global. Prevalensi varian lainnya, yakni Delta, Alfa, Beta, dan Gamma terus menurun. "Negara-negara yang mengalami peningkatan pesat kasus Omicron pada November dan Desember 2021 telah atau mulai mengalami penurunan kasus," katanya dalam sebuah pernyataan pada Selasa (25/1/2022) malam.

Baca Juga

Kendati demikian, WHO memperingatkan, risiko Omicron tetap tinggi. "Berdasarkan bukti yang tersedia saat ini, risiko keseluruhan yang terkait dengan varian Omicron tetap sangat tinggi," kata WHO.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Gebreyesus sempat memperingatkan bahayanya asumsi yang menyakini bahwa Omicron akan menjadi varian terakhir yang muncul. Sekarang, menurut dia, pandemi justru berada dalam titik kritis.

Alih-alih memperkirakan bahwa dunia berada pada "permainan akhir" dalam pertempuran melawan Covid-19, Tedros mengajak negara-negara untuk bekerja bersama dalam upaya mengakhiri fase akut pandemi sekarang. Hal itu karena sejumlah negara memiliki semua sarana untuk melakukannya.

Namun, Tedros mengatakan tahun ini dimungkinkan untuk keluar dari fase akut pandemi di mana Covid-19 merupakan darurat kesehatan global jika strategi dan alat seperti pengujian dan vaksin digunakan secara komprehensif.

"Pandemi sekarang memasuki tahun ketiga dan kita berada pada titik kritis," kata Tedros pada konferensi pers bersama Svenja Schulze, menteri pembangunan Jerman, seperti dilansir dari Daily Sabah, Senin (24/1/2022)

WHO mengisyaratkan, Omicron berkontribusi pada rekor lonjakan kasus yang tercatat pekan lalu. "Lebih dari 21 juta kasus baru dilaporkan, mewakili jumlah kasus mingguan tertinggi yang tercatat sejak awal pandemi," kata WHO.

Menurut WHO, dari sampel yang dikumpulkan dalam 30 hari terakhir dan diunggah ke inisiatif sains global, GISAID, Omicron menyumbang 89,1 persen kasus. Sementara Delta, yang sebelumnya varian dominan, kini mencapai 10,7 persen.

WHO mengungkapkan, jumlah infeksi baru meningkat lima persen dalam sepekan hingga Ahad (23/1). Pekan sebelumnya sudah terjadi kenaikan kasus sebesar 20 persen. "Peningkatan kasus yang lebih lambat teramati di tingkat global," kata WHO.

WHO mengatakan, hampir 50 ribu kematian baru juga tercatat pekan lalu. Angka itu menyamai jumlah korban jiwa akibat Covid-19 pada pekan sebelumnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement