Sabtu 12 Feb 2022 07:53 WIB

Kimia Farma: Masyarakat Sudah Bisa Dapatkan Booster Sinopharm

Sinopharm untuk dosis booster homolog usia 18 tahun ke atas.

Red: Ilham Tirta
Tenaga medis menunjukkan vaksin Sinopharm (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Tenaga medis menunjukkan vaksin Sinopharm (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kimia Farma Tbk menyatakan, masyarakat sudah bisa mendapatkan vaksin booster Sinopharm. Vaksin itu sudah mendapatkan persetujuan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai vaksin dosis ketiga atau booster homolog untuk orang berusia 18 tahun ke atas.

Dengan demikian, masyarakat yang telah menerima vaksin Sinopharm dosis primer lengkap sekurang-kurangnya enam bulan sudah bisa menerima vaksin booster produksi Beijing Bio-Institute Biological itu. "Vaksin booster Sinopharm ini hadir untuk membantu mempercepat program vaksinasi yang telah dicanangkan oleh pemerintah," kata GM Corporate Secretary PT Kimia Farma Tbk dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (12/2/2022).

Baca Juga

Dengan diterbitkannya EUA terhadap vaksin booster homolog Sinopharm berarti telah menambah varian regimen dosis yang diumumkan oleh Kemenkes dan Badan POM. Ganti menyampaikan, BPOM telah melakukan evaluasi terhadap aspek khasiat dan keamanan mengacu pada standar evaluasi vaksin Covid-19 untuk vaksin Sinopharm sebagai dosis booster homolog untuk dewasa 18 tahun ke atas.

"Vaksin Sinopharm sebagai booster umumnya dapat ditoleransi dengan baik," ujar Ganti.

Frekuensi, jenis, dan keparahan reaksi sampingan atau kejadian yang tidak diharapkan (KTD) setelah pemberian booster lebih rendah dibandingkan saat pemberian dosis primer. KTD yang sering terjadi merupakan reaksi lokal seperti nyeri di tempat suntikan, pembengkakan, dan kemerahan serta reaksi sistemik seperti sakit kepala, kelelahan, dan nyeri otot, dengan tingkat keparahan grade 1-2.

Dilihat dari aspek imunogenisitas, peningkatan respon imun humoral untuk parameter pengukuran antibodi netralisasi dan anti IgG masing-masing sebesar 8,4 kali dan delapan kali lipat dibandingkan sebelum pemberian booster. Sesuai dengan hasil evaluasi yang telah dilakukan BPOM, respons imun setelah pemberian booster tersebut lebih tinggi dibandingkan respons imun yang dihasilkan pada saat vaksinasi primer.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement