Senin 14 Feb 2022 13:12 WIB

Kementan Targetkan Produksi Kedelai 1 Juta Ton Tahun Ini

Industri tahu tempe Indonesia masih bergantung pada kedelai impor.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi panen kedelai. Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produksi kedelai lokal pada tahun 2022 mencapai 1 juta ton.
Ilustrasi panen kedelai. Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produksi kedelai lokal pada tahun 2022 mencapai 1 juta ton.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produksi kedelai lokal pada tahun 2022 mencapai 1 juta ton. Target tersebut cukup tinggi dari realisasi produksi 2021 yang hanya 200 ribu ton.

Kementan menyatakan, peningkatan produksi kedelai harus diupayakan demi memenuhi kebutuhan produksi tahu dan tempe yang kini bergantung pada kedelai impor.

Baca Juga

Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Yuris Tiyanto, menjelaskan, target 1 juta ton produksi kedelai dihasilkan dari target area penanaman kedelai seluas 650 ribu hektare (ha) tahun ini.

Sebanyak 52 ribu ha akan didanai langsung dari anggaran pemerintah, adapun 598 ribu ha sisanya, akan difasilitasi langsung dengan kredit usaha rakyat (KUR) bunga 6 persen yang diusulkan petani. Yuris mengatakan, lahan tersebut tersebar di 14 provinsi dan merupakan monokultur sehingga tidak menumpang pada komoditas lain.  

"Target tahun ini naik tinggi sekali dari tahun lalu. Ini karena kita ingin mengatasi kelangkaan bahan baku untuk pabrik tahu dan tempe yang kedelai impornya naik terus," kata Yuris kepada Republika.co.id, Senin (14/2/2022).

Ia menuturkan, Kementan telah menyusun target hingga 2024 mendatang. Menurutnya, jika target penanaman 2022 tercapai, tahun 2023 produksi ditargetkan naik menjadi 1,55 juta ton dan 2024 sebanyak 1,88 juta ton.

"Tapi, ada catatan untuk mencapai semua itu. Kami berharap ada payung hukum setingkat perpres (peraturan presiden) agar semua pemangku kepentinga bisa mendukung," kata Yuris.

Syarat kedua, perlu ada terobosan baru agar penggunaan KUR bisa lebih mudah dan dipercaya oleh petani. Program KUR juga akan dilengkapi dengan asuransi petani untuk menjamin apabila petani kedelai mengalami gagal panen.

Selain itu, perlu pendampingan teknologi yang intensif dengan pola tumpang sisip di lahan penanaman jagung. Hal itu untuk memperluas areal penanaman jagung di luar target 650 ribu ha tahun ini.

"Dan, yang tidak kalah penting, kita perlu siapkan off taker. Kita berharap setiap provinsi ada perusahaan apakah itu BUMD, BUMND, atau swasta yang bisa menyerap kedelai petani," katanya.

Kementan optimistis petani akan lebih antusias untuk menanam kedelai di tahun ini. Pasalnya, waktu tanam kedelai hanya 78 hari sehingga biaya produksi tentu akan lebih hemat dari komoditas lain.

Adapun tingkat produktivitas saat ini sekitar 1,6-3 ton per ha dengan rata-rata harga kedelai lokal berkisar Rp 10 ribu-Rp 11 ribu per kg. Harga itu sudah lebih tinggi dari acuan pemerintah Rp 8.500 per kg.

Hanya saja, mengenai harga itu, masih menjadi pembahasan bersama Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) karena pengrajin menginginkan harga yang murah. "Ini yang masih menjadi diskusi karena pengrajin inginnya murah sedangkan kami (petani) maunya mahal. Ini perlu ada peraturan yang bisa menguntungkan keduanya," kata dia.

Harga kedelai internasional saat ini di tingkat importir terus mengalami lonjakan. Data Chicago Board of Trade (CBOT) pekan pertama Februari 2022 menunjukkan harga kedelai sudah mencapai 15,79 dolar AS per bushel atau sekitar Rp 11.240 per kg di tingkat importir.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkirakan hingga Mei mendatang akan terjadi tren kenaikan harga menjadi antara Rp 11.500 - Rp 12 ribu per kg. Kemendag pun berharap agar produksi kedelai lokal bisa terus ditingkatkan demi mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pasokan impor yang terus mengalami fluktuasi harga.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement