REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengisyaratkan menolak adanya intervensi asing dalam potensi masuknya negaranya ke Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Dia menekankan, hanya Ukraina dan NATO yang berhak mengambil keputusan mengenai hal tersebut.
“Tidak seorang pun kecuali Ukraina dan anggota NATO harus memiliki suara dalam diskusi tentang keanggotaan Ukraina di NATO pada masa mendatang,” kata Kuleba setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Italia Luigi Di Maio di Kiev, Selasa (15/2/2022).
Kuleba juga mengungkapkan, Italia siap mengambil "langkah-langkah praktis" untuk membantu Ukraina menahan Rusia, termasuk mendukung paket sanksi oleh Uni Eropa. Dari Kiev, Di Maio dijadwalkan bertolak ke Moskow. Pertemuan Kuleba dengan Di Maio terjadi beberapa jam setelah Rusia mengumumkan bahwa mereka menarik sejumlah pasukannya yang dikerahkan di dekat perbatasan Ukraina.
Amerika Serikat (AS) dan NATO telah menyebut Rusia memiliki intensi untuk menyerang Ukraina. Sangkaan itu didasarkan pada pengerahan lebih dari 100 ribu tentara Rusia ke dekat perbatasan Ukraina. Hingga kini Rusia konsisten membantah tuduhan tersebut.
Kendati demikian, Rusia tak dapat menyisihkan kekecewaannya atas diabaikannya tuntutan jaminan keamanan mereka oleh AS dan NATO. Salah satu tuntutan Moskow adalah tak dirangkulnya Ukraina menjadi anggota NATO. Sebab hal itu dipandang akan menimbulkan ancaman bagi Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, jika Ukraina bergabung dengan NATO, Kiev pasti akan berusaha merebut kembali Krimea. Rusia menganeksasi Krimea pada 2014. Hal itu menjadi salah satu penyebab perselisihan Ukraina dengan Rusia.
Menurut Putin, jika Ukraina memperoleh dukungan NATO untuk merebut kembali Krimea, perang tidak akan terhindarkan. Meski mengakui bahwa kalah secara kekuatan, Putin menegaskan bahwa Rusia merupakan salah satu kekuatan nuklir terbesar di dunia. Dalam pandangan Putin, tidak akan ada pemenang dalam pertempuran tersebut.