REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan afirmatif (affirmative policy) yang dijalankan pemerintah terhadap Papua dan Papua Barat memang diperlukan untuk menciptakan peluang lebih luas bagi masyarakat orang asli Papua (OAP) di Bumi Cendrawasih. Pemerhati isu Papua, Prof Imron Cotan, menyebut, kebijakan itu dalam konteks Papua, memberi peluang terbuka bagi anak-anak muda OAP.
"Pertama, ada dana otonomi khusus. Kedua, ada affirmative policy dari pemerintah, bagaimana memberdayakan OAP agar punya masa depan lebih cerah," ujar Imron dalam sarasehan Mahasiswa Papua se-Jabodetabek yang digelar Human Studies Institute dan Moya Institute di Jakarta, Rabu (23/2/2022).
Menurut Imron, Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Papua adalah langkah terbaru dari komitmen pemerintah memajukan Papua. Dia menjelskan, situasi keamanan yang tidak stabil menyebabkan proses pembangunan, yang dilancarkan pemerintah menemui hambatan.
Untuk itu diperlukan penguatan affirmative policy pembangunan sebagai upaya untuk mewujudkan percepatan pembangunan kesejahteraan masyarakat Papua. "Kebijakan afirmatif ini harus diperkuat, terutama dalam menciptakan lapangan kerja bagi OAP. Para OAP lulusan dari berbagai kampus yang sulit mencari kerja, bisa punya peluang untuk bekerja di BUMN, misalnya," ujar mantan Duta Besar Indonesia untuk Australia itu.
Ketua Bamus Papua, Willem Frans Ansanay menyebut, OAP memiliki hak, kewajiban, dan peluang yang sama seperti masyarakat Indonesia lainnya. Dia pun mengajak anak-anak muda Papua untuk menjadi bagian dari solusi untuk memajukan provinsi paling timur Indonesia tersebut secara khusus, dan Indonesia pada konteks yang lebih luas.
"Saya ingin buktikan ini negara saya juga memiliki. Saya bisa hidup di mana saja, berkompetisi dengan siapa saja, dan bisa berbuat sesuatu untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, tetapi juga bermanfaat bagi orang banyak. Kita bersaing, ya bersaing. Tidak ada perbedaan," ujarnya memotivasi para mahasiswa asal Papua di Jabodetabek.
Tokoh muda Papua, Charles Kosay menambahkan, sudah saatnya anak muda Papua menjadi agen perubahan untuk melihat masa mendatang. Anak muda Papua tidak perlu lagi melihat apa yang terjadi di belakang, sehingga bisa menghadapi tantangan yang ada di masa depan, sebagai bagian NKRI.
Menurut dia, Papua hari ini membutuhkan sumber daya manusia, yang notabene merupakan anak-anak muda Papua yang saat ini menuntut ilmu di berbagai tempat. "Kita ini yang akan membangun Tanah Papua kita sendiri. Papua kaya sumber daya alam, tapi siapa yang akan kelola, kalau sumber daya manusianya tidak sekolah. Jadi mari kita satukan tekad kita," ujar Charles.