Kamis 24 Feb 2022 19:36 WIB

Polemik Kritik Terhadap Israel dan Anti-Semitisme di Jerman  

Kritik terhadap pendudukan Israel dianggap anti-Semit

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Bendera Israel. Kritik terhadap pendudukan Israel dianggap anti-Semit
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Bendera Israel. Kritik terhadap pendudukan Israel dianggap anti-Semit

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perdebatan tentang anti-Semitisme tengah memuncak di Jerman. Beberapa pekan lalu, pemerintah Jerman menunjuk seorang komisaris khusus anti-Semitisme. 

Serangan baru-baru ini terhadap warga Yahudi yang mengenakan yarmulkes (kippah atau topi yang kerap dipakai pria Yahudi Ortodoks) di depan umum serta pengeroyokan terhadap seorang mahasiswa Yahudi di Berlin telah menimbulkan pertanyaan tentang keamanan orang Yahudi di Jerman.

Baca Juga

Terlebih lagi, bentuk lama atau baru dari ekspresi anti-Semit tampaknya muncul kembali. Kritik terhadap kebijakan Israel dipandang sebagai tabir tipis untuk kebencian terhadap orang Yahudi. Tak jarang, kritik terhadap Israel dianggap sebagai bentuk anti-Semitisme.

Bahkan, Duta Besar Israel untuk Jerman, Jeremy Issacharoff, tidak bisa memberikan jawaban jelas ketika ditanya Majalah Ibrani Berlin Spitz bulan ini pada titik mana kritik yang sah terhadap Israel melewati batas dan menjadi anti-Semitisme.

"Tidak ada jawaban standar, atau definisi yang jelas," kata Issacharoff, dilansir di Qantara, Kamis (24/2/2022).

Jurnalis yang juga Ketua The New Israel Fund Deutschland, Ofer Waldman, memaparkan bagaimana seseorang dapat membedakan antara kritik yang dibenarkan terhadap kebijakan Israel dan anti-Semitisme.

Waldman menyebut bahwa penolakan untuk mengakui hak negara Israel untuk hidup tidak dapat dibenarkan dan merupakan bentuk agitasi.

Namun bagaimana dengan kritik keras terhadap kebijakan pendudukan Israel di wilayah Palestina, atau tuduhan pelanggaran hak asasi manusia? Apakah ini secara otomatis serangan anti-Semit?

Baca juga: Mualaf Edy, Takluknya Sang Misionaris di Hadapan Surat Al Ikhlas

Dia mengatakan, metode yang tampaknya objektif yang dirancang untuk menilai konten anti-Semit dari pernyataan terkait Israel dapat menggunakan nama yang terdengar ilmiah (seperti Metode 3D, yang tampak untuk demonisasi, standar ganda, dan delegitimasi).

Akan tetapi, kata dia, metode tersebut mencerminkan keinginan sepihak dari mereka yang melakukan pencarian dengan keteraturan yang mencolok. 

Duta Besar Issacharoff, di sisi lain, mengatakan: "Saya tidak berpendapat bahwa setiap kritik terhadap Israel adalah anti-Semit. Dan saya pikir, pada akhirnya, kritik yang sah berusaha menggunakan metode yang sah untuk mengekspresikan dirinya secara konstruktif." 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement