REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satgas Pangan Polri berencana akan menggelar operasi pasar untuk bisa mengendalikan distribusi minyak goreng atau migor di pasar tradisional. Karena tidak dipungkiri banyak pedagang yang menahan stok minyak gorengnya karena takut merugi.
"Kami rencana bersama stakeholder gelar operasi pasar bersama agar ketersediaan pasar yang sempat ditahan bisa dijual pedagang," ujar Kasatgas Pangan Polri Irjen. Pol. Helmy Santika saat konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (24/2/2022).
Menurut Helmy, pada pedagang sengaja menahan stok minyak goreng stok minyak goreng lama yang dibeli dengan harga lebih tinggi dari harga eceran tertinggi (HET). Akibatnya masyarakat menyerbu ke pasar retail yang juga memiliki stok terbatas. Karena retail hanya menerima stok minyak goreng 15 hingga 20 persen dari kebutuhan pasar.
"Fenomena ini banyak terjadi di pasar tradsional untuk minyak goreng curah. Karena di pasar tradisional ditahan oleh mereka yang beli dengan harga lama, akhirnya pembeli menyerbu ke retail," jelas Helmy.
Padahal, lanjut Helmy, pemerintah sendiri telah menetapkan HET minyak goreng. Yakni Rp 14 ribu perliter untuk kemasan premium, Rp 13.500 perliter untuk kemasan sederhana, dan Rp11.500 perliter untuk kemasan curah. Kemudian pemerintah juga mengeluarkan kebijakan refactie yakni penggantian selisih harga sebelumnya kepada pedagang.
"Kalau semua di pasar tradisional ditahan dan beli ke retail modern yang dijatah pasti akan habis. Maka kami coba untuk bisa bantu pemerintah beri pemahaman ke pelaku usaha di Pasar Tradisional untuk migor curah agar bisa lepas barangnya," tegas Helmy.