Kamis 03 Mar 2022 00:53 WIB

70 Pria Jepang Siap Jadi Relawan Perang Ukraina

70 pria Jepang siap menjadi relawan asing dalam perang melawan Rusia

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Seorang pria bersenjata berdiri di dekat barikade selama alarm serangan udara di Maidan Square, di Kyiv, Ukraina, Selasa, 1 Maret 2022.
Foto: AP/Vadim Ghirda
Seorang pria bersenjata berdiri di dekat barikade selama alarm serangan udara di Maidan Square, di Kyiv, Ukraina, Selasa, 1 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Sebuah laporan media pada Rabu (2/3/2022) mengatakan, puluhan pria Jepang telah menjawab panggilan Ukraina untuk menjadi sukarelawan asing dalam perang melawan invasi Rusia. Hingga kini serangan Rusia ke wilayah-wilayah Ukraina masih terjadi yang telah menimbulkan banyak korban jiwa.

"Pada Selasa, 70 pria Jepang termasuk 50 mantan anggota Pasukan Bela Diri Jepang dan dua veteran Legiun Asing Prancis telah melamar menjadi sukarelawan," kata harian Mainichi Shimbun.

Baca Juga

Media tersebut mengutip sebuah perusahaan Tokyo yang menangani para sukarelawan. Seorang juru bicara Kedutaan Besar Ukraina di Jepang mengakui menerima telepon dari orang-orang yang ingin berjuang untuk Ukraina.

Namun pihaknya mengatakan mereka tidak tahu apa-apa lagi tentang sukarelawan. Sebuah unggahan media sosial pada Senin (28/2/2022) dari kedutaan mengatakan, pihak Ukraina berterima kasih kepada orang Jepang atas banyak pertanyaan mereka tentang menjadi sukarelawan. Namun pihaknya menambahkan ketentuan bagi sukarelawan tersebut.

"Setiap kandidat untuk ini harus memiliki pengalaman di Pasukan Bela Diri Jepang atau telah menjalani pelatihan khusus," katanya.

Jepang telah mengatakan kepada warga negaranya untuk menunda perjalanan ke Ukraina dengan alasan apapun. Peringatan ini ditegaskan kembali pada Rabu (2/3/2022) oleh Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno, yang mengatakan bahwa dia mengetahui laporan tentang para sukarelawan tersebut.

"Kementerian luar negeri Jepang telah mengeluarkan peringatan evakuasi untuk seluruh warga negara kami di Ukraina dan kami ingin orang-orang menghentikan semua perjalanan ke Ukraina, terlepas dari tujuan kunjungan mereka," katanya dalam konferensi pers.

"Kami berkomunikasi dengan kedutaan Ukraina di Jepang dan menunjukkan bahwa nasihat evakuasi sudah ada," ujarnya menambahkan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada Ahad lalu menyerukan pembentukan legiun internasional. Dia mendorong puluhan orang dari Amerika Serikat dan Kanada untuk menjadi sukarelawan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement