Jumat 11 Mar 2022 11:31 WIB

Pangeran William Dikecam Akibat Sebut Perang Normal Terjadi di Afrika-Asia, tidak di Eropa

Pangeran William dikecam atas pernyataannya yang menormalkan perang di Afrika-Asia.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
 Pangeran William dari Inggris mendapat kecaman dari warganet karena pernyataannya yang dinilai menormalkan perang di Afrika dan Asia.
Foto: AP/Toby Melville/Pool Reuters
Pangeran William dari Inggris mendapat kecaman dari warganet karena pernyataannya yang dinilai menormalkan perang di Afrika dan Asia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pangeran William dikecam karena komentarnya tentang perang di Ukraina. Mencoba untuk menunjukkan dukungannya kepada rakyat Ukraina yang saat ini sedang diserang oleh Rusia, bangsawan Inggris itu mengatakan, perang adalah hal yang sangat asing untuk dilihat di Eropa, tetapi lebih normal di Afrika dan Asia.

Hal itu diungkapkan sang pangeran saat berkunjung ke Pusat Kebudayaan Ukraina di London, Inggris, untuk bertemu dengan para sukarelawan, Rabu (9/3). Bersama istrinya, Kate Middleton, dia menawarkan nampan berisi brownies dan granola bar buatan sendiri.

Baca Juga

"Orang Inggris lebih terbiasa melihat konflik di Afrika dan Asia. Sangat asing melihat ini di Eropa. Kami semua mendukung Anda," ujarnya.

William juga mengatakan ingin berbuat lebih banyak untuk membantu Ukraina. "Kami merasa sangat tidak berguna," kata Duke of Cambridge.

William juga mengungkapkan bahwa anak-anaknya, yaitu Pangeran George (8 tahun), Putri Charlotte (6), dan Pangeran Louis (3) telah menanyakan tentang perang tersebut. "Anak-anak kami menanyakan semua itu. Mereka jelas membicarakannya dengan teman-teman mereka di sekolah," ujar dia, dikutip dari laporan kerajaan.

William mengatakan, sangat berhati-hati dengan kata-katanya ketika membahas konflik di Ukraina. Terlepas dari kata-katanya yang dipilih dengan cermat, Pangeran William mendapat kecaman karena komentarnya yang membandingkan perang di Afrika dan Asia dengan perang di Eropa. Beberapa orang menyebutnya bodoh, sementara yang lain memandangnya sebagai ideologi penjajah kulit putih.

"Ini adalah tipikal ideologi penjajah supremasi kulit putih. Ini adalah pemahaman yang sangat kurang konteks sejarah dan mereka terus mengatakannya tanpa alasan, kecuali untuk menandakan superioritas peradaban yang salah dari negara-negara mayoritas kulit putih," kata salah satu kritikus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement