Selasa 15 Mar 2022 15:05 WIB

Siswa SDN 20 Talamau Pasaman Barat Belajar Beratapkan Terpal

Proses belajar mengajar baru dimulai dua hari ini setelah gempa akhir bulan lalu.

Sejumlah pelajar SD mengikuti sesi trauma healing oleh Yayasan Qolbun Salim di SDN 21 Kecamatan Pasaman, Nagari Aua Kuniang, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Rabu (9/3/2022). Trauma Healing diberikan kepada anak-anak korban gempa Pasaman Barat itu dengan bermain dan mengenal lebih dekat gempa agak mereka tidak takut dan traumanya hilang.
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Sejumlah pelajar SD mengikuti sesi trauma healing oleh Yayasan Qolbun Salim di SDN 21 Kecamatan Pasaman, Nagari Aua Kuniang, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Rabu (9/3/2022). Trauma Healing diberikan kepada anak-anak korban gempa Pasaman Barat itu dengan bermain dan mengenal lebih dekat gempa agak mereka tidak takut dan traumanya hilang.

REPUBLIKA.CO.ID, PASAMAN BARAT--Siswa Sekolah Dasar Negeri 20 Rantau Pauh Talamau Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat belajar di bawah tenda terpal seadanya. Hal itu karena ruangan kelas yang ada rusak berat akibat gempa pada Jumat (25/2/2022) lalu.

"Beginilah kondisi belajar mengajar saat ini di bawah terpal yang diikat pakai tali dan tiang bambu yang didirikan di halaman sekolah," kata Kepala Sekolah SDN 20 Talamau Neli Suswati di Simpang Empat, Selasa (15/3/2022).

Baca Juga

Ia mengatakan pada hari pertama sekolah pascagempa pada Senin (14/3/2022) anak-anak di sekolah itu belajar tanpa tenda dan terpal. Meja dan kursi dibawa ke bawah tenda terpal itu sehingga anak-anak bisa belajar dengan fasilitas seadanya.

Menurutnya setelah belajar tanpa tenda di hari pertama, maka pihaknya meminta kepada kepala jorong dan wali nagari atau kepala desa untuk mengupayakan tenda supaya anak-anak belajar terhindar dari teriknya matahari. "Hari ini tenda terpal telah didirikan dan anak-anak bisa belajar di bawah terpal seadanya," katanya.

Ia berharap kepada pihak terkait dapat menyediakan tenda yang layak pakai dinding untuk anak-anak belajar agar terhindar dari panas dan hujan. "Dengan jumlah murid 131 orang itu saat ini tidak bisa melakukan proses belajar mengajar di enam ruangan kelas karena sudah rusak akibat gempa. Jika hujan kami tidak tau kemana lagi belajar," katanya.

Mengenai tingkat kehadiran siswa, katanya, dari 131 orang itu hadir sekitar 90 persen. Sisanya masih belum datang karena masih trauma dengan gempa susulan. "Saat ini proses belajar mengajar baru dimulai dua hari ini. Untuk ujian belum dimulai," kata Neli Suswati.

Salah seorang siswa kelas 2, Fatimah merasa bersyukur dimulainya belajar mengajar meskipun dengan tenda seadanya. "Sangat senang pak bisa kembali belajar di bawah tenda ini," katanya.

Hal yang sama dikatakan siswa kelas 6, Rama. Menurutnya meskipun masih takut dengan gempa, ia bisa kembali belajar bersama teman-temannya. "Saya sempat tertimpa reruntuhan triplek loteng sekolah. Namun tidak apa-apa Pak," katanya.

Sementara itu Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pasaman Barat Agusli akan terus melengkapi sarana prasarana untuk mendukung proses belajar mengajar di sekolah terdampak gempa. "Khusus tenda akan segera kita lengkapi. Saat ini memang ada sebagian sekolah yang sudah pakai tenda dan ada yang belum karena proses belajar mengajar baru dua hari ini dimulai," katanya.

Sebanyak 26 SD dan 5 SMP memulai proses belajar mengajar sejak Senin (14/3). Bagi sekolah yang rusak berat dan sedang disediakan tenda darurat, demikian Agusli.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement