Selasa 15 Mar 2022 18:41 WIB

Kasus Covid-19 Masih Tinggi, Garut Terapkan PPKM Level 3

Ada tiga indikator dalam penentuan level PPKM di Kabupaten Garut.

Rep: Bayu Adji P / Red: Agus Yulianto
Petugas kesehatan melakukan tes usap antigen pada warga. (Ilustrasi)
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi
Petugas kesehatan melakukan tes usap antigen pada warga. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Kabupaten Garut menjadi satu di antara 15 daerah di Jawa Barat (Jabar) yang harus menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan maayarakat (PPKM) Level 3 untuk periode 15-21 Maret. Salah satu penyebabnya adalah penambahan kasus baru di daerah itu masih tinggi. 

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Asep Surachman, mengatakan, terdapat tiga indikator dalam penentuan level PPKM. Indikator pertama adalah terkait transmisi komunitas di daerah itu. Terdapat tiga ukuran yang menentukan indikator transmisi komunitas, yaitu tingkat ketersediaan kamar atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit, tingkat kematian, dan penambahan kasus terkonfirmasi.

"Untuk BOR kami aman, terakhir berada di angka 27 persen. Ukuran kematian, pekan lalu sempat tinggi, yaitu 21 orang. Namun masih level aman," kata dia, saat dikonfirmasi Republika, Selasa (15/3/2022).

Namun, untuk ukuran kasus terkonfirmasi positif Covid-19, Asep mengatakan, penambahan di Kabupaten Garut masih cukup tinggi. Dia menyebut, setidaknya terdapat 865 kasus baru pada pekan lalu. 

Dia mengakui, angka penambahan kasus baru telah mengalami penurunan dibandingkan pekan-pekan sebelumnya, yang sempat mencapai lebih dari 1.000 kasus baru dalam sepekan. Namun, penambahan kasus baru pada pekan kemarin masih berada dalam rata-rata selama terjadi lonjakan kasus. 

Asep mencontohkan, selama Januari 2022, di Kabupaten Garut hanya terdapat penambahan sekitar 82 kasus baru dalam sebulan. "Sekarang masih 10 kali lipat, bahkan dalam kurun waktu seminggu. Jadi jangan terlalu prematur mengatakan kasus turun. Memang turun, tapi landai turunnya," kata dia.

Apalagi, menurut dia, saat ini masyarakat cenderung enggan untuk melakukan tes swab. Masyarakat merasa takut "di-covid-kan" apabila menjalani tes swab.

"Bisa saja seminggu kasusnya lebih dari 1.000 kalau semua mau diswab," kata dia.

Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut hingga 14 Maret 2022, total kasus aktif di daerah itu berjumlah 1.095 kasus. Sebanyak 977 orang masih menjalani isolasi mandiri dan 118 orang menjalani isolasi di rumah sakit.

Selain itu, penentuan level PPKM juga melihat indikator respon terhadap kasus Covid-19. Di dalamnya, terdapat tiga ukuran, yaitu jumlah penelusuran (tracing), pengetesan (testing), dan penanganan (treatment).

Asep mengatakan, tracing kepada kontak erat pasien Covid-19 di Kabupaten Garut saat ini masih rendah. Ia menyebutkan, setiap ada satu kasus terkonfirmasi, harus ada 15 orang ditracing. "Namun saat ini masih 1:13," kata dia.

Selain itu, angka testing juga masih rendah. Alhasil, positivity rate di Kabupaten Garut masih tinggi, yaitu sekitar 22 persen.

Namun, untuk treatment, ukuran di Kabupaten Garut masih dalam batas aman. Sebab, banyak pasien Covid-19 di Kabupaten Garur yang kembali sehat.

Terakhir, terdapat indikator cakupan vaksinasi untuk penentuan level PPKM. Menurut Asep, dalam penentuan level PPKM terkahir, indikator yang digunakan masih fokus kepada cakupan vaksinasi dosis pertama. 

"Cakupan vaksinasi kami kami sudah melewati target," kata dia.

Berdasarkan data per 14 Maret 2022, cakupan vaksinasi dosis pertama telah mencapai 89,1 persen dari total sasaran 1.977.713 orang. Sementara cakupan vaksinasi dosis kedua telah mencapai 64,7 persen. Sedangkan cakupan untuk vaksinasi dosis ketiga atau booster baru mencapai 2,4 persen. 

Asep mengakui, minat masyarakat untuk melaksanakan vaksinasi dosis kedua mengalami penurunan. "Kami di lapangan terus turun, tapi dukungan masyarakat kurang. Mungkin sudah jenuh," kata dia.

Selain itu, tenaga kesehatan (nakes) juga tak bisa fokus untuk melaksanakan vaksinasi kepada masyarakat. Sebab, nakes juga harus menangani pasien Covid-19, yang saat ini masih melonjak. "Belum lagi banyak nakes yang juga terpapar Covid-19," kata dia. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement