Rabu 16 Mar 2022 09:38 WIB

Asal Kata Syaban Menurut Pakar Fikih

Syaban adalah bulan yang agung dan dimuliakan.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Ani Nursalikah
Masjid di Srinagar, Kashmir, India. Asal Kata Syaban Menurut Pakar Fiqih
Foto: EPA
Masjid di Srinagar, Kashmir, India. Asal Kata Syaban Menurut Pakar Fiqih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Rumah Fiqih Ustadz Ahmad Zarkasih mengatakan, Syaban berasal dari kata al-sya’b. Al-sya'b mempunyai arti berkumpul atau terkumpul atau tempat berkumpul serta keadaan berkumpul.

"Salah satu makna kenapa Syaban dinamakan Syaban , menurut beberapa referensi ini terkait dengan kebiasaan orang-orang jahiliyah yang memang suka berperang," kata Ustadz Ahmad melalui tausiyah daringnya, belum lama ini.

Baca Juga

Dia mengatakan ketika bulan Rajab mereka berhenti karena itu adalah bulan yang dimuliakan dan diharamkan menumpahkan darah. Setelahnya masuk bulan Syaban, mereka berkumpul lagi setelah sebulan yang lalu mereka beristirahat. 

"Mereka berkumpul membangun kekuatan dan berperang," katanya.

Akan tetapi makna seperti itu tidak memberikan motivasi dan penyemangat untuk ibadah seorang Muslim. Karena itu Syaban diartikan oleh banyak ulama sebagai makna sya’b (berkumpulnya) banyak kebaikan Allah untuk hamba-Nya di bulan itu. 

"Juga diartikan sebagai jalan kebaikan yang diambil dari kata a’-Syi’b yang berarti jalan di pegunungan, dan itu sebutan untuk jalan kebaikan," katanya.

Juga diartikan Syaban itu maknanya al’Sya’b yang juga punya arti menambal, maksudnya Allah menambal hati-hati yang luka di bulan ini jika ia mendekat dengan ibadah kepada Allah SWT. Tentu suatu tempat atau juga waktu menjadi mulia dan terhormat sebab ada sesuatu yang mulia dan agung terjadi di dalamnya.

Syaban juga demikian. Ia menempati posisi yang dimuliakan dan sangat diagungkan dalam syariat karena adanya kejadian agung yang Allah adakah di dalamnya. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement