REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan, pemerintah terus menggencarkan percepatan vaksinasi booster, yang saat ini, Selasa (29/3/2022) telah mencapai 22 persen. Dia mengharapkan, target 30 persen vaksinasi booster dapat tercapai sebelum datangnya Idul Fitri, April mendatang.
“Kita akan terus upayakan, karena memang syarat mudik itu harus sudah vaksinasi booster,” kata Yana saat ditemui di Kantor Balai Kota Bandung, Selasa (29/3/2022).
Dia mengatakan, saat ini, jumlah kasus Covid-19 harian di Kota Bandung terus menunjukkan tren penurunan. Dia berharap, penurunan ini dapat terus berlanjut dan mempermudah tujuan Kota Bandung untuk beralih dari pandemi ke endemi.
“Alhamdulillah sekarang terus mengalami penurunan, sampai sekarang di 186 untuk kasus harian, mudah-mudahan terus turun, insya Allah,” kata dia.
Dia juga menghimbau, masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi, bagi mereka yang belum menerima vaksin dosis satu, dua maupun booster. Terkait masih banyaknya warga yang ‘pilih-pilih’ jenis vaksin, Yana mengingatkan, bahwa seluruh jenis vaksin pada dasarnya memiliki fungsi dan manfaat yang sama.
“Kita itu tergantung persediaan ya, kalau memang vaksin yang diinginkan itu tidak ada ya tidak bisa dipaksakan. Memangnya ini supermarket!? Karena (stok vaksin) ini tergantung dari pusat, Kementerian Kesehatan,” tegas Yana.
Karena itu, dia berahrap, warga memahami bahwa semua jenis vaksin pada intinya sama, fungsinya sama. Bahwa vaksinasi adalah salah satu ikhtiar untuk mengakhiri pandemi, terlepas dari vaksin jenis apa yang digunakan.
"Dari 100 persen angka kematian akibat Covid-19 di Kota Bandung, 70 persennya adalah mereka yang belum melakukan vaksinasi sedangkan sisanya akibat memiliki penyakit bawaan (komorbid)," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Puskesmas Pasarkaliki, Kota Bandung, dr Deborah Johana Ratu mngatakan masih banyak warga yang ‘pilih-pilih’ saat melakukan vaksinasi. Menurutnya, meski animo masyarakat untuk melakukan vaksinasi booster sudah tinggi, namun ada kecenderungan beberapa jenis vaksin saja yang ‘digemari’.
"Karena kalau satu fase misalnya hanya ada jenis tertentu yang lebih banyak digemari dan minat masyarakat cukup tinggi untuk mengambil vaksin jenis ini, tapi saat yang tersedia jenis lain, minat masyarakat lebih sedikit,” kata Deborah.
Karena itu, pihaknya selalu himbau bahwa vaksin yang terbaik itu adalah vaksin yang tersedia. "Jadi tinggal dikasih sosialisasi dan edukasi saja,” kata dia.