Sabtu 02 Apr 2022 11:36 WIB

Zelenskyy Peringatkan Warganya Soal Bahaya Ranjau Rusia

Pasukan Rusia meninggalkan ranjau di seluruh wilayah, termasuk di sekitar rumah.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy
Foto: Ukrainian Presidential Press Office via AP
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Sabtu (2/4/2022) pagi memperingatkan kepada rakyatnya untuk berhati-hati dengan ranjau Rusia. Zelenskyy mengatakan, pasukan Rusia meninggalkan ranjau di seluruh wilayah, termasuk di sekitar rumah ketika menarik diri. 

“Mereka meletakkan ranjau di seluruh wilayah. Mereka menaruh ranjau di rumah, peralatan pertambangan, bahkan jasad orang-orang yang terbunuh. Ada banyak kabel trip, dan banyak bahaya lainnya," ujar Zelenskyy. 

Baca Juga

Zelenskyy mendesak warga untuk menunggu sampai ranjau dibersihkan dan bahaya penembakan telah berlalu. Pasukan Rusia telah menarik diri dari sejumlah wilayah di Ukraina. Pasukan Ukraina memanfaatkan mundurnya pasukan Rusia dengan melakukan serangan balik, serta merebut kembali sejumlah kota dan desa.

Ukraina dan sekutunya memperingatkan bahwa, mundurnya pasukan Rusia bukan tidak mengurangi eskalasi. Namun mereka sedang menyusun strategi dan 

memindahkan pasukannya ke timur Ukraina. Gerakan-gerakan Rusia itu tampaknya merupakan persiapan untuk serangan intensif di wilayah Donbas. Zelenskyy memperingatkan pertempuran ke depannya akan sulit.

“Kami sedang mempersiapkan pertahanan yang lebih aktif lagi,” ujar Zelenskyy. 

Zelenskyy mengatakan, lebih dari 3.000 orang meninggalkan Mariupol pada Jumat (1/4/2022). Zelenskyy membahas bencana kemanusiaan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui telepon, termasuk dengan Presiden Parlemen Eropa, Roberta Metsola, selama kunjungannya ke Kiev.

"Eropa tidak berhak untuk diam tentang apa yang terjadi di Mariupol kami. Seluruh dunia harus menanggapi bencana kemanusiaan ini," ujar Zelenskyy.

Kepala lembaga think tank Ukraina Penta, Volodymyr Fasenko, mengatakan, nasib Mariupol dapat menentukan jalannya negosiasi untuk mengakhiri perang. Mariupol merupakan kota pelabuhan di sebelah selatan Ukraina yang hancur dan terkepung. Mariupol telah menyaksikan beberapa penderitaan terburuk dari perang.  

“Mariupol telah menjadi simbol perlawanan Ukraina, dan tanpa penaklukannya, (Presiden Rusia Vladimir) Putin tidak akan duduk di meja perundingan. Jatuhnya Mariupol akan membuka jalan menuju kesepakatan damai," kata Fasenko.

Pada Jumat, Komite Palang Merah Internasional  tidak dapat melakukan operasi untuk mengevakuasi warga sipil  dari Mariupol dengan bus.  Otoritas setempat mengatakan, Rusia memblokir akses ke Mariupol.

“Kami tidak melihat keinginan nyata dari pihak Rusia untuk memberikan kesempatan bagi penduduk Mariupol  mengungsi ke wilayah yang dikuasai Ukraina,” penasihat walikota Mariupol, Petro Andryushchenko.

Andryushchenko mengatakan, pasukan Rusia tidak mengizinkan kargo kemanusiaan memasuki Mariupol. Menurutnya, sekitar 100.000 orang diyakini masih berada di Mariupol. 

Pihak berwenang Ukraina mengatakan, pada Kamis (30/3/2022), pasukan Rusia memblokir konvoi 45 bus yang berusaha mengevakuasi orang-orang dari Mariupol. Termasuk menyita 14 ton makanan dan pasokan medis menuju kota Mariupol.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement