Senin 18 Apr 2022 12:57 WIB

Produksi Baja Mentah China Maret Merosot Tertekan Wabah Covid-19

Produksi baja mentah China turun lebih dari 6,0 persen pada Maret secara year-on-year

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Ilustrasi pekerja mengecek baja lembaran di pabrik. Produksi baja mentah China turun lebih dari 6,0 persen pada Maret secara year-on-year.
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Ilustrasi pekerja mengecek baja lembaran di pabrik. Produksi baja mentah China turun lebih dari 6,0 persen pada Maret secara year-on-year.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Produksi baja mentah China turun lebih dari 6,0 persen pada Maret dari bulan yang sama tahun sebelumnya. Penurunan terjadi karena kegiatan produksi di pabrik-pabrik terhambat oleh wabah Covid-19 dan pembatasan lingkungan. Demikian ditunjukkan data dari biro statistik pada Senin (18/4/2022).

Produsen baja utama dunia itu menghasilkan 88,3 juta ton logam bulan lalu, turun dari 94,02 juta ton pada Maret 2021, kata Biro Statistik Nasional (NBS). Produksi harian rata-rata pada Maret mencapai 2,85 juta ton, menurut perhitungan Reuters berdasarkan data NBS. Jumlah tersebut turun dari 3,03 juta ton pada bulan yang sama tahun lalu tetapi naik dari 2,68 juta ton pada Januari-Februari.

Baca Juga

Pembatasan produksi di pabrik-pabrik baja utara yang bertujuan untuk mengurangi polusi dan meningkatkan kualitas udara selama musim pemanasan musim dingin dan Olimpiade Beijing direncanakan berakhir pada pertengahan Maret, setelah dilaksanakan selama sekitar setengah tahun. Namun, wabah Covid-19 baru-baru ini di negara itu telah mengurangi produksi dan konsumsi baja.

"Salah satu hambatan terbesar pada produksi adalah bahwa pembatasan terkait Covid-19 menghalangi pabrik baja untuk mengisi kembali bahan baku," kata Tang Binghua, seorang analis pendiri CIFCO Futures di Beijing.

Pusat baja China kota Tangshan mengeluarkan karantina wilayah sementara pada akhir Maret setelah mendeteksi beberapa kasus yang ditularkan secara lokal, memaksa pabrik-pabrik untuk memotong produksi karena gangguan. Selain itu, lockdown di Shanghai setelah gelombang Covid-19 terburuk sejak wabah awal virus corona di Wuhan juga menghambat konsumsi baja hilir, yang biasanya mencapai puncaknya selama periode Maret-Mei.

Sementara itu, kenaikan harga besi tua - juga sebagian akibat transportasi yang terganggu - menekan keuntungan beberapa produsen dan memaksa mereka untuk mengurangi produksi, menurut analis Tang. Data biro statistik menunjukkan pada kuartal pertama China menghasilkan 243,38 juta ton baja, anjlok 10,5 persen dari 271,04 juta ton pada periode yang sama tahun sebelumnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement