Kamis 21 Apr 2022 00:22 WIB

Epidemiolog Sarankan Strategi PPKM Disesuaikan dengan Hasil Serosurvei Terkini

Dari serosurvei 99,2 persen penduduk 1 tahun ke atas Jawa-Bali punya antibodi Covid

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Covid 19 (ilustrasi). Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono memandang startegi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) seharusnya disusun kembali dengan menyesuaikan hasil terkini survei antibodi masyarakat terhadap Covid-19.
Foto: Max Pixel
Covid 19 (ilustrasi). Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono memandang startegi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) seharusnya disusun kembali dengan menyesuaikan hasil terkini survei antibodi masyarakat terhadap Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono memandang startegi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) seharusnya disusun kembali dengan menyesuaikan hasil terkini survei antibodi masyarakat terhadap Covid-19. Diketahui,berdasarkan hasil serosurvei Maret 2022, sebanyak 99,2 persen penduduk berusia 1 tahun ke atas di Jawa-Bali sudah memiliki antibodi terhadap Covid-19.

"Apakah PPKM skala prioritas?, saya kira sudah bergeser sekarang. Banyak indikator penilaian yang dilihat seperti peningkatan kasus, hospitalisasi, kematian dan sebagainya. Dengan penurunan kasus yang konsisten, PPKM jadi tidak optimal, lagi," kata Pandu dalam konferensi pers daring, Rabu (20/4/2022).

Baca Juga

"Ada peningkatan proporsi penduduk di wilayah asal dan tujuan mudik Jawa-Bali yang mempunyai antibodi SARS CoV-2 sebesar 6,2 persen dan ada peningkatan kadar antibodi SARS CoV-2 dari median 434.2 U/ml menjadi 5698 U/ml," sambung Pandu.

Jika dibandingkan dengan hasil hasil serosurvei pada periode Desember 2021, hasil serosurvei terkini menunjukan imunitas penduduk di wilayah setempat yang tinggi. Dengan bekal imunitas yang tinggi ini, menurutnya dapat mengurangi risiko hospitalisasi dan kematian.

"Kita harus geser strategi, fokus pada kekebalan penduduk dengan ikhtiar vaksinasi lengkap dan booster. Juni ini harus sudah capai target dosis kedua dan akhir tahun lebih tinggi lagi mendekati 90 persen populasi. Booster harus terus meningkat dan kita perlu tetap pertahankan protokol kesehatan," ujar Pandu.

Karena, antibodi yang tinggi dalam level komunitas maupun populasi, bukan berarti meninggalkan kepatuhan pada protokol kesehatan yang berlaku. Pandu mengatakan imunitas penduduk adalah modal dasar menghadapi virus, meskipun berbagai mutasi virus yang terjadi di dunia belum seluruhnya bisa pastikan.

"Bukan berarti lepas masker, yang ada malah peningkatan kasus lagi. Lonjakan kasus di China, vaksinasi lansia tidak sebaik di Indonesia. Kita konsisten terus pada lansia," tegasnya.

Menurut Pandu, bila semua penduduk dunia memiliki kekebalan, maka evolusi virus jadi lebih lama frekuensinya dan aktivitas masyarakat berjalan lebih lama. Hadir dalam kesempatan yang sama, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan Kemenkes bersama pakar akan terus berkoordinasi dalam menyusun kebijakan pemerintah dalam pengendalian pandemi.

"PPKM memuat indikator-indikator sebagai masukan kepada Pemda untuk merespons pengendalian pandemi. Kita lihat, cakupan vaksinasi masih menjadi indikator yang kita sasar dalam PPKM ini," kata dia.

Sementara salah satu peneliti Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) ,Muhammad N Farid mengungkapkan, serosurvei pada Maret 2022 dilakukan di 21 kabupaten/kota terpilih yang merupakan asal dan tujuan mudik. Menurutnya, ada dua faktor yang menyebabkan peningkatan antibodi.

Pertama, warga yang sudah divaksinasi meningkat dan warga yang sebelumnya terinfeksi Covid-19. "Sehingga ada 2 kemungkinan perubahan prevalensi ini dari 93 persen (serosurvei Desember) menjadi 99,2 persen, ini disebabkan vaksinasi atau karena infeksi atau mungkin karena keduanya, jadi cukup menjadi besar proporsinya antibodinya," terangnya.

Selain itu, dari sisi kelompok umur, hasil serosurvei juga menunjukkan peningkatan, hampir seluruh kelompok umur sudah memiliki antibodi terhadap Covid-19. Dari hasil serosurvei terkini menunjukkan, 98,3 persen kelompok usia 1-11 tahun sudah memiliki antibodi dan100 persen kelompok usia 12-18 tahun sudah mempunyai antibodi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement