Kamis 21 Apr 2022 22:35 WIB

Hamas Minta Kelompok Bersenjata Menahan Diri Serang Israel 

Hamas meminta faksi bersenjata tak serampangan serang Israel

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Pejuang Hamas, ilustrasi. Hamas meminta faksi bersenjata tak serampangan serang Israel
Pejuang Hamas, ilustrasi. Hamas meminta faksi bersenjata tak serampangan serang Israel

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Faksi-faksi Palestina berkumpul pada Rabu (21/4) untuk berbicara tentang ketegangan dengan Israel.

Pada kesempatan itu, Hamas mendesak faksi bersenjata Gaza lainnya untuk tidak secara independen menembakkan roket ke Israel. 

Baca Juga

Dilansir dari Alaraby, Kamis (21/4), Pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, mengatakan, warga Palestina lainnya untuk tidak boleh mengambil tindakan sepihak, seperti meluncurkan proyektil.  

Sinwar menjamu tokoh-tokoh tingkat tinggi dari faksi Gaza lainnya di kantornya dan mendesak dialog antara kelompok-kelompok bersenjata yang berbeda. 

Informasi yang dirilis ke publik pada pertemuan itu terbatas, kecuali komitmen untuk tetap disiapkan. 

Hamas tampaknya ingin menjaga ketenangan di Gaza, meskipun terjadi kekerasan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. 

Gaza menjadi sasaran pengeboman intensif tahun lalu oleh pasukan Israel, menewaskan sekitar 250 warga Palestina termasuk puluhan anak-anak. Tembakan roket dari Hamas dan militan Gaza lainnya menewaskan 13 orang di Israel.

Faksi Gaza mengatakan, mereka yakin Israel akan melanjutkan serangannya di Al Aqsa setelah festival Paskah Yahudi selesai pada hari Sabtu. 

“Kami, faksi-faksi di Gaza, akan menjadi selimut keamanan dan memberikan pertahanan bagi siapa pun di masjid (al-Aqsha),” kata anggota Jihad Islam Palestina tingkat tinggi Ahmad al-Madalal setelah diskusi. "Kami dalam keadaan sangat siap,” tambahnya. 

Dia juga menyerukan warga Palestina di seluruh Palestina dan Israel untuk "terus melindungi" masjid suci Yerusalem, sebagai masjid ketiga tersuci dalam Islam. 

Hamas tidak menginginkan konfrontasi militer dengan Israel, kata orang dalam politik kelompok itu, menurut Haaretz, dan sebaliknya menginginkan masalah al-Aqsa diselesaikan melalui upaya komunitas internasional. 

Banyak negara Muslim, termasuk Yordania dan Turki, mengecam kekerasan Israel di masjid. 

Sebuah roket diluncurkan dari Jalur Gaza menuju Israel pada Senin, dengan pasukan Israel membom kantong Palestina yang terkepung sebagai balasannya. 

secara terpisah, zionis Israel melakukan penyerangan terhadap Masjid Al Aqsa. Pada Jumat (15/4) lalu, setidaknya 152 warga Palestina terluka di Masjid Al Aqsa, Yerusalem  Jumat (15/4). Pasukan Israel memblokir beberapa pertemuan warga Palestina pada awal bulan suci Ramadhan.  

Kedua belah pihak telah menyaksikan peningkatan kekerasan selama sebulan terakhir, dengan pasukan Israel meningkatkan penangkapan dan penggerebekan di Tepi Barat yang diduduki dan warga Palestina menyerang kota-kota Israel. 

Yerusalem telah menjadi tempat konflik dan kekerasan antara Palestina dan Israel selama 100 tahun. Tahun lalu, serangan kekerasan di kompleks itu merupakan salah satu pemicu pemboman 11 hari di Gaza, yang mengakibatkan kematian sedikitnya 232 warga Palestina, termasuk 65 anak-anak, dan 12 warga Israel, termasuk dua anak-anak. 

TRT World melihat mengapa kompleks Masjid Al Aqsa menjadi titik nyala konflik Israel-Palestina. Masjid ini bagi umat Islam adalah tempat suci, sementara orang Yahudi menyebutnya sebagai Bukit Bait Suci. 

Sebagai bagian dari kesepahaman antara negara tetangga Yordania dan Israel, Yordania berfungsi sebagai penjaga situs, yang dioperasikan oleh wakaf Islam.  

Hanya Muslim yang bisa berdoa di dalam, dan orang Yahudi di Tembok Barat. Israel bertanggung jawab atas keamanan di masjid.  

Selama bertahun-tahun orang Israel telah mengabaikan pengaturan yang disepakati pada 1967 oleh Israel, Yordania dan otoritas agama Muslim dan telah mengunjungi kompleks dalam jumlah yang lebih besar dan mengadakan doa yang bertentangan.      

 

Sumber: alrabay  

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement