Sabtu 23 Apr 2022 10:13 WIB

Laporan Pengadilan Ungkap Ribuan Orang di Kolombia Dibunuh atau Hilang pada 1984-2016

Jumlah korban tersebut bagian dari kampanye militer melawan partai sayap kiri.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Andri Saubani
Seorang pria memakai bendera Kolombia di punggungnya saat ia berdiri di jendela di Salvador. (ilustrasi)
Foto: REUTERS / Marcos Brindicci
Seorang pria memakai bendera Kolombia di punggungnya saat ia berdiri di jendela di Salvador. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Sekitar 5.733 orang dibunuh atau hilang di Kolombia antara 1984 hingga 2016. Menurut laporan pengadilan pada Jumat (22/4/2022), jumlah korban tersebut sebagai bagian dari kampanye melawan partai sayap kiri Patriotic Union (UP) yang dilakukan oleh kelompok paramiliter dengan dukungan militer.

Menurut Yurisdiksi Khusus untuk Perdamaian (JEP), sekitar 4.616 korban dibunuh, sementara 1.117 dihilangkan secara paksa selama lebih dari tiga dekade. Meski begitu, tidak semua dari mereka yang terkena dampak terkait dengan UP.

Baca Juga

JEP mengatakan, 538 orang dari jumlah total yang terbunuh atau hilang dalam tindakan yang dilakukan terhadap kelompok tersebut bukanlah anggota UP. UP adalah upaya pertama oleh kelompok milisi yang sekarang telah didemobilisasi, Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) untuk membentuk sebuah partai politik.

Serangan itu sering dilakukan oleh orang-orang bersenjata paramiliter sayap kanan, meskipun ada juga bukti keterlibatan agen negara. Pengadilan mengidentifikasi bukti keikutsertaan agen negara milik badan intelijen sipil dan militer.

"Berkolusi dengan kelompok paramiliter dan pembunuh bayaran terorganisir yang melakukan kejahatan terhadap UP," kata JEP.

Penyelidikan itu dipuji oleh kelompok advokasi Human Rights Watch (HRW) yang menyerukan keadilan bagi para korban. "Kasus besar dari JEP ini harus membantu menjamin keadilan bagi para korban dan memperjelas hubungan antara paramiliter dan agen negara Kolombia yang telah menikmati impunitas selama beberapa dekade," ujar penyelidik senior HRW untuk Amerika Juan Pappier.

JEP dibuat berdasarkan kesepakatan damai pada 2016 antara pemberontak FARC dan pemerintah. Badan ini dimaksudkan untuk mengadili mantan kombatan, membagikan hukuman alternatif dengan imbalan pengungkapan penuh.

JEP sebelumnya menemukan setidaknya 6.402 orang menjadi korban dari pembunuhan positif palsu antara tahun 2002 hingga 2008. Ketika itu tentara membunuh warga sipil dan mencatat mereka sebagai milisi yang tewas dalam pertempuran. Tindakan ini dilakukan agar anggota militer mendapatkan promosi dan penghargaan lainnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement