REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para pejabat senior Amerika Serikat menyatakan, hingga saat ini belum ada tanda bahwa China akan mendukung Rusia secara terbuka. Hal tersebut menjadi sebuah perkembangan yang disambut baik dalam hubungan antara Amerika Serikat dengan China.
Dalam beberapa hari terakhir, mereka tetap waspada adanya dukungan lama China untuk Rusia secara umum. Namun, dukungan militer dan ekonomi yang mereka khawatirkan justru belum terjadi, setidaknya hingga saat ini.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden sendiri tengah mempersiapkan perjalanan ke Asia pada akhir bulan ini. Salah satu agendanya adalah bagaimana menghadapi kebangkitan China. Pemerintah AS juga akan segera merilis strategi keamanan nasional pertamanya tentang kemunculan China sebagai kekuatan besar.
"Kami belum melihat China memberikan dukungan militer langsung untuk perang Rusia di Ukraina atau terlibat dalam upaya sistematis untuk membantu Rusia menghindari sanksi kami," kata seorang pejabat pemerintahan Biden.
Selain belum secara langsung mendukung Rusia, China telah menghindari kontrak baru antara perusahaan minyak China dan Rusia, meskipun ada diskon besar. Pada Maret, Sinopec Group yang dikelola pemerintah China menangguhkan pembicaraan tentang investasi petrokimia besar dan usaha pemasaran gas di Rusia.
Sebelumnya, Pemerintah China mengatakan akan mendukung penyelesaian konflik Rusia-Ukraina lewat diplomasi. Beijing tak menghendaki pecahnya Perang Dunia III.
“Tidak ada yang ingin melihat Perang Dunia III. Ini perlu untuk mendukung proses mempromosikan pembicaraan damai (Rusia-Ukraina),” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin dalam pengarahan pers, Selasa (26/4/2022).
Pernyataan Wang itu merupakan jawaban atas pertanyaan tentang bagaimana China merespons komentar Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov tentang masih sangat terbukanya peluang terjadinya Perang Dunia III. Menurut Wang, konflik di Ukraina tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
Dia mengingatkan tentang konsekuensi negatif dari konflik tersebut yang dapat mempengaruhi, tidak hanya Eropa, tapi juga dunia. “Kami berharap semua pihak terkait akan menunjukkan keseimbangan dan mencegah eskalasi,” ujarnya.