Selasa 17 May 2022 13:59 WIB

Pengacara Hak Sipil: Penembakan Buffalo Terorisme Domestik

Aksi terorisme domestik yang dilakukan supremasi kulit putih muda

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Payton Gendron muncul selama dakwaannya di Pengadilan Kota Buffalo, Sabtu, 14 Mei 2022, di Buffalo, NY Gendron didakwa atas tuduhan pembunuhan tingkat pertama dan diperintahkan ditahan tanpa jaminan. Pejabat polisi mengatakan remaja berusia 18 tahun itu mengenakan pelindung tubuh dan pakaian bergaya militer ketika dia berhenti dan menembaki orang-orang di area supermarket Tops.
Foto: Mark Mulville/The Buffalo News via AP
Payton Gendron muncul selama dakwaannya di Pengadilan Kota Buffalo, Sabtu, 14 Mei 2022, di Buffalo, NY Gendron didakwa atas tuduhan pembunuhan tingkat pertama dan diperintahkan ditahan tanpa jaminan. Pejabat polisi mengatakan remaja berusia 18 tahun itu mengenakan pelindung tubuh dan pakaian bergaya militer ketika dia berhenti dan menembaki orang-orang di area supermarket Tops.

REPUBLIKA.CO.ID, BUFFALO -- Pengacara hak sipil Amerika Serikat (AS) Ben Crump mengatakan penembakan yang menewaskan 10 orang di Buffalo, New York, merupakan aksi terorisme domestik. Sebanyak 11 dari 13 orang yang ditembak pemuda kulit putih Payton Gendron merupakan warga kulit hitam. Sepuluh diantaranya meninggal dunia.

"Kami tidak bisa mempermanisnya, kami tidak bisa mencoba untuk menjelaskan dengan berbicara tentang kesehatan mental, tidak, ini aksi terorisme domestik yang dilakukan supremasi kulit putih muda," kata Crump dalam konferensi pers, Senin (16/5) waktu setempat.  

Baca Juga

Crump dikelilingi keluarga Ruth Whitfield yang sedang berduka. Whitfield yang berusia 86 tahun salah satu dari banyak korban tewas. Korban lainnya adalah apoteker, pemimpin gereja, seorang pemuda yang sedang mendorong troli, dan dari berbagai profesi lainnya.

Pihak berwenang mengatakan, bila pelaku tidak dihentikan ia berencana melanjutkan pembantaian. Kemungkinan mengincar toko yang lebih besar dari Tops Friendly Market. Lokasi kejadian terletak di pemukiman masyarakat Afrika-Amerika.

Komisioner Kepolisian Buffalo Joseph Gramaglia mengatakan polisi sempat menahan Gendron pada Juni tahun lalu setelah ia mengancam akan melakukan penembakan massal di sekolahnya. Ia menjalani evaluasi kesehatan mental dan dibebaskan setelah satu setengah hari.

Pihak berwenang mengatakan Gendron menggunakan rompi antipelur dan senapan semiotomatis dalam serangan Sabtu (15/4) lalu. Polisi menemukan senapan lain dan shotgun di mobilnya. Penembakan itu disiarkan langsung di Twitch milik Amazon.com. Perusahaan itu mengaku sudah menghapus siaran tersebut.

Polisi mengkonfirmasi sedang menyelidiki unggahan-unggahan Gendron di internet. Termasuk manifesto setebal 180 halaman yang menunjukkan ia meyakini "Teori Penggantian Besar" sebuah teori konspirasi tentang demografi kulit putih sengaja diganti dengan populasi kulit berwarna.  

Pakar mengatakan semakin banyak anak muda kulit putih yang terinspirasi dalam penembakan massal bermotif rasial sebelumnya. Seperti serangan ke gereja masyarakat Afrika-Amerika di South Carolina pada 2015 lalu, penembakan di Sinagog Pittsburgh pada 2018, dan serangan ke Walmart di el Paso pada 2019.

Sebanyak 11 dari 13 orang yang Gendron tembak merupakan warga kulit hitam. Ia sengaja melepaskan tembakan senapan semiotomatis di permukiman mayoritas Afrika-Amerika. Sepuluh korban tewas merupakan orang kulit hitam yang terdiri atas sembilan konsumen dan seorang pensiunan polisi yang bekerja sebagai petugas keamanan toko. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement