Rabu 25 May 2022 02:01 WIB

Mahasiswi Palestina Tolak Berjabat Tangan dengan Menlu AS di Universitas Georgetown

Tinakan ini sebagai aksi protes atas posisi AS atas pembunuhan jurnalis Aljazirah.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Menteri Luar Negeri Antony Blinken berbicara dalam upacara pembukaan wisuda untuk Kelas 2022 Universitas Georgetown di Walsh School of Foreign Service di Washington, Sabtu, 21 Mei 2022.
Foto: AP Photo/Jose Luis Magana
Menteri Luar Negeri Antony Blinken berbicara dalam upacara pembukaan wisuda untuk Kelas 2022 Universitas Georgetown di Walsh School of Foreign Service di Washington, Sabtu, 21 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mahasiswi Palestina Nooran Alhamdan menolak berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Anthony Blinken, dalam upacara wisuda di Universitas Georgetown, Washington. Alhamdan merupakan mahasiswa yang telah lulus dari Pusat Studi Arab Kontemporer di Universitas Georgetown.

Ketika wisuda pada Senin (23/5/2022), Alhamdan mengibarkan bendera Palestina, dan menolak berjabat tangan dengan Blinken saat berada di atas panggung. Tindakan Alhamdan ini merupakan bentuk protes terkait posisi Washington atas pembunuhan jurnalis veteran Aljazirah, Shireen Abu Akleh oleh pasukan Israel.

Baca Juga

"Saya dan teman-teman sekelas saya di Pusat Studi Arab menghormati warisan Shireen Abu Akleh. Kami menuntut penyelidikan independen dan penghentian bantuan Amerika ke Israel. Saya menyampaikan tuntutan ini kepada Blinken secara pribadi, dan menolak untuk berjabat tangan dengan dia. Dia (Blinken) pergi ketika saya menyerukan agar Amerika menghentikan semua bantuan untuk militer Israel," ujar Alhamdan, dilansir Middle East Monitor, Selasa (24/5/2022).

Alhamdan membagikan foto rekan-rekannya yang membawa poster untuk menghormati Abu Ahleh di Twitter. "Mereka punya tank, kita punya jam," kata Alhamdan mengutip moto yang diajarkan kepadanya oleh salah satu profesornya di Georgetown. "Saya bangga telah menolak jabat tangan Anda (Blinken) dan telah mengingatkan Anda tentang keberadaan kami," ujarnya.

Abu Akleh tewas terkena tembakan di kepala saat dia meliput penyerbuan tentara Israel ke kamp pengungsi di Kota Jenin, Tepi Barat. Ketika ditembak oleh pasukan Israel, Abu Akleh mengenakan rompi antipeluru dengan tulisan "Press" dan mengenakan helm. Namun peluru dari seorang penembak jitu Israel menembus ke kepalanya.  Rekan-rekan di sekitar Abu Akleh juga ditembaki ketika mereka mencoba menyelamatkannya di tempat kejadian.

Awalnya militer Israel menyangkal bahwa mereka harus bertanggung jawab atas pembunuhan itu. Militer Israel mengidentifikasi senapan tentaranya yang kemungkinan digunakan untuk membunuh Abu Akleh. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement