Selasa 31 May 2022 21:56 WIB

Shanghai Mulai Bongkar Pembatas Jelang Pencabutan Lockdown Wilayah

Shanghai memulai kehidupan yang normal mulai 1 Juni 2022.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Warga yang mengenakan masker wajah mengunjungi jalan perbelanjaan populer di Shanghai, Cina, Ahad, 29 Mei 2022. Pembukaan kembali sebagian toko dan kantor di Beijing disambut oleh penduduk yang lelah dan pemilik toko yang berjuang untuk hidup kembali normal.
Foto: AP Photo/Chen Si
Warga yang mengenakan masker wajah mengunjungi jalan perbelanjaan populer di Shanghai, Cina, Ahad, 29 Mei 2022. Pembukaan kembali sebagian toko dan kantor di Beijing disambut oleh penduduk yang lelah dan pemilik toko yang berjuang untuk hidup kembali normal.

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Pihak berwenang Shanghai mulai membongkar pagar di sekitar kompleks perumahan dan merobek pita polisi dari lapangan dan bangunan umum pada Selasa (31/5/2022). Pembersihan ini dilakukan sebelum pencabutan penguncian yang sudah berlangsung selama dua bulan di kota terbesar China pada 1 Juni.

Kehidupan diatur untuk kembali ke sesuatu yang lebih seperti normal mulai Rabu (1/6/2022). Izin yang dikeluarkan oleh pengelola tempat tinggal bagi orang-orang untuk pergi keluar selama beberapa jam akan dibatalkan, transportasi umum akan bisa diakses, dan penduduk dapat kembali bekerja.

Baca Juga

"Ini adalah hari yang kami impikan untuk waktu yang sangat lama," kata juru bicara pemerintah Shanghai Yin Xin.

"Semua orang telah banyak berkorban. Hari ini diperoleh dengan susah payah, dan kita perlu menghargai dan melindunginya, dan menyambut kembali Shanghai yang kita kenal dan rindukan," katanya.

Pada Senin (30/5/2022) malam, beberapa orang diizinkan keluar dari kompleks perumahan untuk berjalan-jalan singkat memanfaatkan lalu lintas yang ditangguhkan untuk berkumpul  di jalan-jalan yang sepi. Namun ada rasa was-was dan cemas di antara warga.

"Saya merasa sedikit gugup. Sulit dipercaya itu benar-benar terjadi," kata Joseph Mak yang bekerja di bidang pendidikan.

Sebagian besar warga akan terjebak di dalam ruangan lagi sampai tengah malam seperti yang telah terjadi selama dua bulan terakhir dengan aturan penguncian yang ketat. Isolasi yang berkepanjangan telah memicu kemarahan publik dan protes yang jarang terjadi di dalam kota berpenduduk 25 juta orang.

Selain pihak berwenang yang bersiap, para pemilik toko dan kios pun melakukan hal sama. Sebuah toko makanan sedang mengisi kembali rak pada Selasa malam, sebuah bar melakukan renovasi pada menit-menit terakhir, dan petugas kebersihan sedang membersihkan jendela toko.

Pembatasan akan memudahkan sekitar 22,5 juta orang di daerah berisiko rendah. Warga tetap harus memakai masker dan menghindari kerumunan. Makan di dalam restoran tetap dilarang. Toko dapat beroperasi pada kapasitas 75 persen dan gym akan dibuka kembali nanti.

Warga harus melakukan tes setiap 72 jam untuk naik transportasi umum dan memasuki tempat-tempat umum. Karantina yang ketat masih tersedia bagi siapa saja yang terkena Covid-19 dan kontak erat.

China adalah satu-satunya di antara negara-negara besar yang menerapkan kebijakan "Zero-Covid" untuk memberantas wabah dengan biaya berapa pun.

Direktur pelaksana Camel Hospitality Group yang mengoperasikan restoran, bar, dan pusat kebugaran di dan sekitar Shanghai Todd Pearson menyatakan tetap waspada. Restorannya hanya bisa menjual dengan sistem pengiriman, yang menghasilkan sekitar 5 persen dari pendapatan. Penghasilan itu dinilai tidak cukup untuk membayar gaji dan sewa.

Aktivitas ekonomi di Cina agak pulih pada Mei dari April yang suram karena pembatasan Covid-19 di pusat-pusat manufaktur secara bertahap dilonggarkan. Untuk membuka kembali kota secara penuh, Shanghai melaporkan 31 kasus pada 30 Mei, turun dari 67 sehari sebelumnya. Jumlah ini mencerminkan tren turun di seluruh Cina menjadi kurang dari 200 infeksi secara nasional.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement