Ahad 05 Jun 2022 17:21 WIB

Sungai Ciliwung Terpapar Mikroplastik

Pengambilan sampel air dilakukan di sejumah titik di kota Bogor.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Andi Nur Aminah
Aksi bersih Sungai Ciliwung bersama komunitas dan relawan (ilustrasi)
Foto: Dok KLHK
Aksi bersih Sungai Ciliwung bersama komunitas dan relawan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Peneliti Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON), Eka Chlara Budiarti mengatakan dari pengambilan sampel air Sungai Ciliwung di dua titik Kota Bogor, ditemukan jika air Sungai Ciliwung terkontaminasi mikroplastik. Penemuan mikroplastik ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Ecoton agar melakukan sosialisasi kepada masyarakat pengguna air sungai.

Menurut Chlara, untuk penemuan mikroplastik, secara bagian besar warga mungkin masih merasa asing dengan penemuan ini. Namun pihaknya berusaha untuk mempublikasikan ke media daring dan cetak untuk bisa diketahui warga mengenai penemuan ini. 

Baca Juga

“Dan juga kami sebelumnya sudah pernah berkolaborasi dengan komunitas pecinta ciliwung agar bisa membantu untuk mengidentifikasi mikroplastik di Sungai Ciliwung,” kata Chlara kepada Republika.co.id, Ahad (5/6/2022).

Lebih lanjut, Chlara menjelaskan, untuk di Kota Bogor pengambilan sample air dilakukan di titik aliran Ciliwung Kelurahan Sempur, Kota Bogor dan di bawah Jembatan Besi, Kedung Badak, Kelurahan Cibuluh Kota Bogor. Pengambilan sample itu kata Chlara digunakan untuk mengecek kualitas air Sungai Ciliwung dengan parameter fisika-kimia seperti, pH, TDS, suhu serta phosphat. Tak hanya itu, sampel air Sungai Ciliwung juga diambil untuk mengidentifikasi kandungan mikroplastik di dalamnya.

Dari hasil itu pada aliran Sungai Ciliwung di Sempur mengandung fiber 54 fragmen 12, flamen 30, granul 0, foam 0 dengan total hasil nilai penelitian 96. Sementara itu di kawasan Kedung Badak didapati hasil fiber 215, fragmen 12, flamen 41, grabul 0, foam 0 dengan total nilai keseluruhan 268.

“Dari hasil pengujian sampel air sungai menyiratkan bahwa Sungai Ciliwung telah terkontaminasi mikroplastik. Begitu juga untuk kualitas air yang diuji, air Sungai Ciliwung baik di sempur maupun Cibuluh memiliki kandungan phosphat yang melebihi baku mutu kelas sungai peruntukan air minum. Nilai masing-masing yakni 1,2 ppm dan 1 ppm,” katanya.

Apalagi, kata dia, sejumlah titik Sungai Ciliwung dijadikan sumber bahan baku PDAM. Meski demikian, ia tidak memiliki data jika warga mengonsumsi air Sungai Ciliwung secara langsung.

“Kalau kemarin kita lihat di sana sebagian ada yang dimanfaatkan sebagai bahan baku PDAM, ada beberapa anak kecil juga yang berenang,” tuturnya.

Chlara mengatakan, hal ini tentunya menjadi PR untuk Ecoton. Bagaimana pihaknya nuha harus melibatkan masyarakat untuk mencintai dan menjaga lingkungan. Lantaran selama ini masyarakat sebagian besar tidak pernah dilibatkan, sehingga tidak merasa memiliki sungai. 

Padahal, menurut dia masyarakat bisa juga berperan untuk memantau sungai jika sewaktu-waktu ada perubahan pada sungai. Dengan melalui media daring dan cetak, Chlara berharap hal ini bisa menjadi langkah yang tepat. 

“Edukasi warga juga perlu waktu yang lama, maka dari itu perlu adanya pembentukan komunitas-komunitas lokal agar bisa mengajak antarsesama tetangganya,” imbuhnya. Chlara pun berharap, penelitian ini bisa menjadi perhatian instansi yang bertanggung jawab.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement