REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG – Candi Borobudur sebenarnya pernah tersembunyi dan terlantar selama berabad-abad di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik. Candi tersebut ditemukan oleh mantan Gubernur Jenderal Hindia Belanda bernama Sir Thomas Stamford Raffles.
Dalam buku 200 Tahun Penemuan Candi Borobudur oleh Balai Konservasi Borobudur, Candi Borobudur merupakan sebuah stupa berbentuk teras bertingkat 10 yang melambangkan 10 jalan Bodhisattwa yang harus ditempuh oleh seseorang yang akan mencapai tingkat Ke-Buddha-an. Menurut pendapat De Casparis, Candi Borobudur didirikan oleh Raja Sailendra yang bernama Samaratunga sekitar tahun 800 Masehi. Pendapat tersebut berdasarkan prasasti Karangtengah tahun 824 Masehi dan prasasti Sri Kahulunan tahun 842 Masehi.
Namun, sekitar 150 tahun setelah candi didirikan, Candi Borobudur kemudian ditinggalkan karena pusat kehidupan politik dan kebudayaan Jawa bergeser ke Jawa Timur. Seiring berjalannya waktu juga, berbagai bencana alam, gempa bumi, gunung meletus, dan tanah longsor membuat keberadaan candi tertutup oleh hutan lebat.
Soekmono mengatakan dalam bukunya Riwayat Usaha Penyelamatan Candi Borobudur (1972), pada tahun 1814, Candi Borobudur muncul kembali saat Letnan Gubernur Jenderal masa pemerintahan Inggris sekaligus pengagum sejarah dan kebudayaan pribumi Sir Thomas Stamford Raffles memperoleh informasi tentang candi besar yang disebut Candi Borobudur. Karena tidak bisa datang sendiri untuk melihat bangunan itu, dia menugaskan H.C. Cornelius yang merupakan insinyur perwira zeni bangsa Belanda untuk menyelidiki tentang Candi Borobudur.
Akhirnya dia memberi tugas kepada 200 orang untuk menebang pohon, membakar semak-semak, menggali tanah yang mengubur candi. Semua pekerjaan tersebut dilakukan selama 45 hari dan dilanjutkan oleh Residen Kedu Hartmann yang memerintahkan untuk membersihkan candi dari kotoran dan tanah. Pekerjaan dapat dirampungkan pada tahun 1853.
Menurut laporan Wilson tahun 1853, Hartmann menyuruh membongkar stupa puncak dan menemukan sebuah arca Buddha yang belum selesai. Selain arca, dia juga menemukan benda-benda lain, termasuk sebilah keris. Semua batu-batu lepas yang berserakan di sekeliling kaki candi disingkirkan ke kaki bukit sama halnya dengan stupa-stupa terguling di bagian atas candi yang dirapikan.
Santiko dan Siswadhi menjelaskan dalam Anotated Bibliography of Borobudur (1980), Candi Borobudur mulai muncul kembali untuk diteliti dan diperbaiki. Sayangnya, laporan Cornelius yang semula disimpan di Museum on Antiquities, Leiden, hilang. Tetapi sebagian dilaporkan oleh C. Leemans, direktur Museum Purbakala di Leiden tahun 1885. Pada tahun 1900 baru terbentuklah suatu panitia yang bertugas khusus untuk merencanakan penyelamatan Candi Borobudur.