Kamis 16 Jun 2022 09:35 WIB

Kementerian PUPR Kembangkan Potensi Sumber Air Bendungan di NTT

Program food estate ditujukan untuk menjaga NKRI dan kedaulatan pangan nasional

Rep: rahayu subekti/ Red: Hiru Muhammad
Para petani di Desa Makatakeri, Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT) menyambut antusias jalanya Program jangka panjang Pemerintah, Food Estate yang kini nampak tumbuh sumbur. Mereka senang program food estate sangat berdampak terhadap roda ekonomi keluarga, karena biaya produksi bertani jauh lebih murah.
Foto: istimewa
Para petani di Desa Makatakeri, Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT) menyambut antusias jalanya Program jangka panjang Pemerintah, Food Estate yang kini nampak tumbuh sumbur. Mereka senang program food estate sangat berdampak terhadap roda ekonomi keluarga, karena biaya produksi bertani jauh lebih murah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mendukung pengembangan program food estate di Kabupaten Belu dan Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Wilayah ini diharapkan menjadi lumbung pangan baru di luar Pulau Jawa. Dukungan tersebut diantaranya melalui infrastruktur sumber daya air berupa pembangunan jaringan irigasi sprinkler (big gun) yang bersumber dari bendungan.  

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, program food estate merupakan arahan Presiden Joko Widodo sebagai prioritas untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui ketahanan pangan nasional. Kunci dari program pengembangan food estate adalah ketersediaan air untuk irigasi, bersamaan dengan teknologi pertaniannya. 

Baca Juga

Kunci kemajuan di NTT adalah air. Ketersediaan air dibutuhkan untuk air minum, pertanian, peternakan dan lainnya,” kata Basuki dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (15/6/2022). 

Penyediaan irigasi sprinkler yang airnya bersumber dari bendungan dilaksanakan pada Food Estate Kabupaten Belu. Terdapat tiga titik sumber air dari bendungan guna melayani lahan seluas 135 hektare, yakni dari Bendungan Ratiklot dibangun sebanyak 150 unit sprinkler untuk lahan seluas 55 heltare, Bendungan Haliwen dibangun 50 unit sprinkler untuk lahan seluas 20 hektare, dan Bendungan Haekrit dibangun 200 unit sprinkler untuk lahan seluas 60 hektare. 

Kepala Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Agus Sosiawan mengatakan saat ini fokus penanaman bibit jagung dilakukan oleh Kementerian Pertanian masih di area Blok C pada lokasi tanam Bendungan Rotiklot. Penanaman bibit di Blok A, Blok B dan Blok D Rotiklot masih menunggu proses lelang pengadaan bibit yang rencananya akan dilakukan pada Juli 2022. 

"Metode penyiraman yang sudah dilakukan Kementerian PUPR saat ini menggunakan selang dari riser pipe untuk sprinkler dan mengalirkannya melalui saluran cacing di sekitar bibit. Penggunaan sprinkler akan dilakukan saat tanaman jagung telah tumbuh cukup kuat," jelas Agus. 

Selanjutnya untuk Food Estate Kabupaten Sumba Tengah, dukungan infrastruktur irigasi dilaksanakan pada wilayah utama FE 1 seluas 5.000 hektare dengan prioritas penanganan pada Daerah Irigasi (DI) Waibakul I seluas 241 ha, DI Waekabeti seluas 261 ha, DI Waipidi seluas 483 ha, dan DI Lokojange seluas 772 ha. Pada 2021 telah dilaksanakan peningkatan jaringan irigasi kiri Embung Lokojange seluas 225 hektare, rehabilitasi 3 unit sumut bor, dan pembangunan 6 unit embung serbaguna yang saat ini telah selesai. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement