REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Korban tewas akibat gempa di Afghanistan pada Rabu (22/6/2022) mencapai 1.000 dan lebih dari 600 orang terluka. Pejabat manajemen bencana mengatakan, jumlah korban tewas ataupun luka diperkirakan akan bertambah.
Sejumlah orang masih terjebak di bawah puing-puing bangunan yang hancur akibat gempa di daerah-daerah terpencil. Operasi penyelamatan diperumit dengan kondisi sulit, termasuk hujan lebat, tanah longsor, dan banyak desa terletak di daerah lereng bukit yang tidak dapat diakses.
"Banyak orang masih terkubur di bawah tanah. Tim penyelamat telah tiba dan dengan bantuan penduduk setempat berusaha mengeluarkan korban tewas dan luka-luka," ujar seorang petugas kesehatan yang berbicara dengan syarat anonim di sebuah rumah sakit di provinsi Paktika yang dilanda gempa.
Sebagian besar kematian yang dikonfirmasi berada di provinsi timur Paktika, di mana 255 orang tewas dan lebih dari 200 terluka. Sementara di Provinsi Khost, 25 orang meninggal dan 90 orang dibawa ke rumah sakit.
"Kami semua sedang tidur dan ruangan itu menimpa kami," kata Gul Faraz saat menerima perawatan luka bersama istri dan anak-anaknya di sebuah rumah sakit di Paktika.
Faraz mengatakan, beberapa anggota keluarganya tewas. "Semua rumah di daerah kami hancur, tidak hanya satu, tetapi seluruh wilayah telah hancur," ujarnya.
Melakukan operasi penyelamatan akan menjadi ujian besar bagi otoritas Taliban, yang mengambil alih Afghanistan pada Agustus lalu. Kementerian Pertahanan di bawah kekuasaan Taliban memimpin upaya penyelamatan. Loretta Hieber Girardet dari kantor pengurangan risiko bencana Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, upaya untuk memberikan bantuan dan menyelamatkan orang-orang yang terperangkap di bawah puing-puing akan menghadapi tantangan besar karena medan yang sulit dan cuaca.
Baca juga : PBB Upayakan Beri Bantuan untuk Korban Gempa Afghanistan