Rabu 29 Jun 2022 23:47 WIB

Efisiensi Energi untuk Industri Berkelanjutan dan Tanpa Karbon

Staf Ahli ESDM menyebut efisiensi energi kunci utama capai Paris Agreement

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Staf Ahli Menteri ESDM bidang Perencanaan Strategis sekaligus sebagai Chair Energy Transitions Working Group (ETWG) G20 Indonesia, Yudo Dwinanda Priaadi memberikan pemaparan saat menjadi narasumber dalam sosialisasi Presidensi G20 Indonesia di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (22/4/2022). Sosialisasi Presidensi G20 Indonesia yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri itu dihadiri masyarakat dan mahasiswa dengan mengangkat tema sektor prioritas transisi energi sebagai upaya memberikan pemahaman serta mengoptimalkan pelaksanaan Presidensi G20 di Indonesia.
Foto: ANTARA/Aji Styawan
Staf Ahli Menteri ESDM bidang Perencanaan Strategis sekaligus sebagai Chair Energy Transitions Working Group (ETWG) G20 Indonesia, Yudo Dwinanda Priaadi memberikan pemaparan saat menjadi narasumber dalam sosialisasi Presidensi G20 Indonesia di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (22/4/2022). Sosialisasi Presidensi G20 Indonesia yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri itu dihadiri masyarakat dan mahasiswa dengan mengangkat tema sektor prioritas transisi energi sebagai upaya memberikan pemahaman serta mengoptimalkan pelaksanaan Presidensi G20 di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melanjutkan Seri Webinar Energy Transitions Working Group (ETWG) Presidensi G20 Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dan International Energy Agency (IEA) menyelenggarakan Webinar "Energy Efficiency: Scaling Up Strategies for Sustainable and Decarbonized Industries".

Pada webinar tersebut, Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Perencanaan Strategis selaku Chair Energy Transitions Working Group (ETWG) Yudo Dwinanda Priaadi menyampaikan alasan pentingnya negara-negara G20 meningkatkan efisiensi energi menuju industri yang berkelanjutan dan tanpa karbon.

"Pertama, efisiensi energi telah menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan Paris Agreement. Efisiensi energi pada sektor hilir diperkirakan berkontribusi hingga sekitar 40 persen dari total emisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Namun demikian, usaha untuk memanfaatkan proyeksi ini mengalami kemunduran akibat dampak pandemi Covid-19 pada ekonomi global," ujar Yudo.

Alasan yang kedua, tambahnya, efisiensi energi juga menjadi kunci dalam membuat sektor industri lebih berkelanjutan dan efisien. UNIDO telah memperkirakan bahwa sekitar 70% emisi gas rumah kaca berasal hanya dari lima subsektor industri, yaitu industri semen, baja, alumunium, kimia, dan kilang minyak. Industri semen dan baja sendiri merupakan penghasil CO2 terbesar, di mana semen juga merupakan produk yang paling banyak dikonsumsi dunia nomor dua setelah air. Sektor-sektor itu juga dikenal sebagai sektor yang 'hard-to-abate', sulit untuk didekarbonisasi.