REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melanjutkan Seri Webinar Energy Transitions Working Group (ETWG) Presidensi G20 Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dan International Energy Agency (IEA) menyelenggarakan Webinar "Energy Efficiency: Scaling Up Strategies for Sustainable and Decarbonized Industries".
Pada webinar tersebut, Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Perencanaan Strategis selaku Chair Energy Transitions Working Group (ETWG) Yudo Dwinanda Priaadi menyampaikan alasan pentingnya negara-negara G20 meningkatkan efisiensi energi menuju industri yang berkelanjutan dan tanpa karbon.
"Pertama, efisiensi energi telah menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan Paris Agreement. Efisiensi energi pada sektor hilir diperkirakan berkontribusi hingga sekitar 40 persen dari total emisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Namun demikian, usaha untuk memanfaatkan proyeksi ini mengalami kemunduran akibat dampak pandemi Covid-19 pada ekonomi global," ujar Yudo.
Alasan yang kedua, tambahnya, efisiensi energi juga menjadi kunci dalam membuat sektor industri lebih berkelanjutan dan efisien. UNIDO telah memperkirakan bahwa sekitar 70% emisi gas rumah kaca berasal hanya dari lima subsektor industri, yaitu industri semen, baja, alumunium, kimia, dan kilang minyak. Industri semen dan baja sendiri merupakan penghasil CO2 terbesar, di mana semen juga merupakan produk yang paling banyak dikonsumsi dunia nomor dua setelah air. Sektor-sektor itu juga dikenal sebagai sektor yang 'hard-to-abate', sulit untuk didekarbonisasi.