REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK - Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Andrinof Chaniago mengatakan, sulit bagi pasangan calon perseorangan atau independen untuk ikut pilkada DKI Jakarta 2012. "Untuk memenuhi syarat dukungan sebanyak empat persen dari jumlah penduduk Jakarta atau sekitar 400 ribu sangat sulit," kata Andrinof di Depok, Jawa Barat, Jumat (30/12).
Ia mengatakan, diperbolehkannya calon dari unsur independen atau perseorangan untuk bertarung dalam pilkada DKI Jakarta tersebut sebagai wacana tandingan dari calon-calon yang maju dari partai politik. "Kalau calon independen maju tentunya menjadi alternatif pilihan bagi masyarakat," ujarnya.
Sebelumnya, pasangan Faisal Basri-Biem Benjamin akan mengikuti pilkada DKI Jakarta dari jalur independen atau perseorangan. Untuk ikut bertarung dalam pilkada DKI tahun 2012 melalui dua jalur, yaitu parpol dan independen.
Jika melalui parpol atau gabungan parpol, setidaknya harus memiliki 15 persen dari 94 kursi di DPRD. Adapun melalui jalur independen, pasangan calon harus mendapat dukungan empat persen dari jumlah penduduk DKI atau 400 ribu.
Dalam komposisi kursi DPRD DKI, Partai Demokrat memiliki 32 kursi, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 18 kursi, PDI-P (11 kursi), Partai Golkar (7), PPP (7) dan Partai Gerindra (6 kursi). Selanjutnya, Partai Amanat Nasional (PAN) empat kursi, Partai Damai Sejahtera (PDS) empat kursi, Partai Hanura empat kursi dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) satu kursi.
Andrinof memprediksi dalam pilkada DKI Jakarta akan diikuti oleh tiga pasang kandidat dan kemungkinan dilakukan dua putaran. "Melihat nama-nama yang muncul di media kemungkinan diikuti oleh tiga pasang," ujarnya.
Dikatakannya, partai politik saat ini masih melihat kemungkinan kadernya untuk maju dalam pilkada. Saat ini PKS dan Golkar hanya melihat di posisi untuk wakil saja.
Sebelumnya, Cyrus Network bersama Laboratorium Psikologi Politik Fakultas Psikologi Universitas Indonesia melakukan penelitian pada 24 November hingga 1 Desember 2011.
Penelitian tersebut memunculkan nama-nama yang pantas menjadi calon Gubernur DKI Jakarta, yaitu Wali Kota Surakarta Joko Widodo dengan skor 6,98, Faisal Basri (6,7), Fadel Muhammad (6,3), Sandiaga Uno (6,15) dan Chairul Tanjung (6,10).
Metode penelitian dilakukan dengan 'focus group discussion' di tahap pertama, lantas survei 'opinion leader' di tahap kedua. Kegiatan ini melibatkan 100 orang yang terbagi dalam 10 kelompok.
Pengkajian meliputi sembilan dimensi calon Gubernur DKI Jakarta meliputi visioner, leadership, intelektualitas, ketrampilan politik, ketrampilan komunikasi politik, stabilitas emosi, gaya kepemimpinan, penampilan dan integritas moral.