REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Keterampilan jurnalistik dapat membantu mahasiswa memperoleh pekerjaan setelah lulus kuliah. Demikian dikatakan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Achmad Nurmandi.
"Namun, banyak mahasiswa yang tidak menyadari hal itu," ujarnya pada pelatihan jurnalistik bertajuk "Organisasi Mahasiswa di Era Keterbukaan Informasi" di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (25/2).
Padahal, kata dia, banyak lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik (Fisipol) UMY yang berkecimpung di dunia jurnalistik, baik media cetak maupun elektronik. Apalagi, pers kini memiliki peran penting dalam keterbukaan informasi.
Achmad mengatakan, pelatihan jurnalistik yang diadakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fisipol UMY itu diisi beberapa materi, yakni dasar-dasar jurnalistik, teknik penulisan berita, laporan investigasi, dan simulasi reportase.
"Pelatihan ditutup dengan praktik proses jurnalistik dari rapat redaksi hingga proses peliputan didampingi sejumlah wartawan senior. Pelatihan itu diadakan untuk merangsang minat mahasiswa terhadap jurnalistik," imbuh Achmad.
Wartawan senior Krisno Wibowo mengatakan, mahasiswa cenderung bersikap pragmatis. Hal itu muncul sebagai tren di era globalisasi saat ini. "Mereka tidak mau melakukan aktivitas yang tidak berhubungan dengan kepentingan akademik. Dampaknya, mahasiswa menjadi tidak peka terhadap keadaan sosial di sekitar mereka," ujarnya.
Menurut dia, kepragmatisan mahasiswa itu lebih jauh dapat berujung pada rapuhnya nilai-nilai sosial yang mereka miliki. Mereka hanya berorientasi kepada tingginya nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) dan mempercepat proses studinya. "Hal itu bisa menjadi cikal bakal terjadinya korupsi dan tindakan mengedepankan kepentingan sendiri dalam kehidupan," katanya.
Menurut Krisno, pengenalan dunia jurnalistik dapat menjadi salah satu upaya mengurangi kondisi tersebut. Dunia jurnalistik dapat mengurangi ketidakpekaan mahasiswa itu. Proses jurnalistik, mulai dari wawancara, observasi hingga menghasilkan sebuah tulisan akan menstimulasi mahasiswa untuk tidak hanya melihat suatu hal dari kaca mata sendiri.
Mahasiswa, kata dia, dituntut untuk mengamati gejala sosial dari berbagai sudut sehingga menjadi peka karena mengetahui gejala-gejala di balik fakta. "Kegiatan jurnalistik itulah yang menimbulkan empati pada keadaan sosial tertentu, sehingga mengurangi tren pragmatis mahasiswa," pungkasnya.