REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG--Analis Hidrologi Universitas Diponegoro Semarang Robert J Kodoatie mengungkapkan pengambilan air tanah di berbagai wilayah di Indonesia, khususnya oleh sektor industri, sudah sangat masif. "Setiap hari, di pusat-pusat industri, ribuan meter kubik air tanah disedot," kata Robert di Semarang, Sabtu.
Menurut dia, semakin banyak industri atau perusahaan yang membangun sendiri sumur-sumur produksinya. Kondisi itu, kata dia, diperparah dengan berbagai kegiatan masyarakat yang cenderung merusak lingkungan, seperti pengubahan fungsi lahan, penebangan hutan, dan sebagainya.
"Berbagai kegiatan tersebut berdampak pula terhadap penurunan kualitas dan kuantitas air tanah," keta koordinator Presidium Lembaga Konsumen Jasa Konstruksi Jawa Tengah ini. Oleh karena itu, ia mendesak perlunya dilakukan konservasi air tanah untuk memelihara sekaligus melindungi keberadannya.
"Kesinambungan dan ketersediaan air tanah harus dijaga, demi keberlangsungan mahluk hidup di masa-masa yang akan datang," katanya. Ia menambahkan, konservasi ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga ketersediaan air tanah, namun juga air permukaan.
Sementara itu, anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah, Chamim Irfani mengatakan, saat ini legislatif sedang membahas penyusunan peraturan daerah tentang pengelolaan air tanah. Melalui peraturan ini, kata politikus Partai Kebangkitan Bangsa ini, pengelolaan air tanah akan lebih baik. "Seluruh potensi di daerah akan dipetakan, sehingga tidak terjadi penyalahgunaan di masa yang akan datang," katanya.