REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG – Khairul Huda, pria kelahiran Tanjungkarang, yang kini tinggal di Kabupaten Waykanan mengolah batu fosil dan menghasilkan ratusan juta rupiah. Suami Vera Liliana Adi ini berhasil menjadikan batu fosil yang semula dihargai rendah menjadi sesuatu dengan nilai jual tinggi.
"Ketika tidak ada yang serius mengelola potensi sumber daya alam itu, saya ambil peluang tersebut. Sekarang, selain bahan mentahnya dihargai tinggi oleh pihak luar, hasil produksinya juga digemari," ujarnya, Kamis (21/7).
Huda mempelajari usaha pengolahan batu secara otodidak. Ia tidak semata-mata bertumpu pada finansial, tetapi juga keyakinan. Awalnya, ide mengelola dan menjual batu di daerah terpencil seperti Waykanan—yang hingga kini selalu lengang di setiap Sabtu dan Ahad—dinilai tidak logis oleh keluarga terkait dengan masalah pemasaran. Tetapi Huda optimistis hal itu bisa diatasi dengan berbagai jalan, salah satunya menggunakan internet..
Waktu pun terus berjalan. Saat ini, produksi kerajinan batu yang ditekuninya sejak beberapa tahun lalu di galeri Faiz da Faiz, digemari kolektor luar negeri seperti Taiwan, Korea, Jepang dan Amerika. "Selain keyakinan, kita membutuhkan kreativitas, kecermatan serta ketekunan untuk mencapai tujuan kita," kata Huda.
Dalam menjalankan usaha kerajinan batu fosil saat ini, Khairul Huda dibantu oleh lima orang tenaga kerja. Tiga orang mengolah perhiasan seperti cincin dan liontin, yang dua lainnya mengerjakan batu pajang atau perhiasan ruang tamu.