Selasa 16 Aug 2011 22:48 WIB

Terkendala BBM, Pembangunan Hunian Tetap Korban Tsunami Mentawai Molor

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Pembangunan hunian tetap bagi korban gempa dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat terkendala kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang telah terjadi sejak empat bulan terkahir.

Koordinator Lapangan Pembangunan Hunian Mandiri Nikman Sanene di Padang, Selasa (16/8), mengatakan, hingga kini tiga dari 82 unit hunian tetap bagi korban tsunami 25 Oktober 2010 masih belum rampung.

"Satu unit berada di Dusun Tumalei, Desa Silabu, Kecamatan Pagai Utara, dan dua unit lagi di kawasan Maonai, Desa Bulasat, Kecamatan Pagai Selatan," katanya. Menurut Nikman, mahal dan sulitnya memperoleh BBM jenis premium untuk gergaji mesin membuat aktivitas pengambilan kayu menjadi terhenti.

"Sampai sekarang BBM sulit didapat dan harganya di eceran melambung Rp10.000 per liter," ujar aktivis LSM Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM) tersebut.

Ia menyebutkan, untuk pembangunan satu unit rumah dibutuhkan dua kubik kayu atau sekitar 60 batang. Sementara untuk mendapatkan kayu tersebut pihaknya bersama warga harus mengambilnya di lokasi pembangunan dan menghabiskan 35 liter premium untuk gergaji mesin.

"Akibat BBM langka, pengambilan kayu jadi terhenti karena tidak ada bahan bakar untuk mengoperasikan gergaji mesin," tambahnya. Selain itu, cuaca buruk dan gergaji mesin yang rusak juga berakibat keterlambatan pembangunan hunian tetap tersebut.

Pembangunan hunian tetap itu dilakukan YCMM dengan menyediakan peralatan berupa oli, paku, seng, gergaji mesin dan BBM. Untuk mendirikan bangunan itu, masyarakat bergotong-royong dengan membentuk tim kerja yang dikomandoi kepala tukang.

Lebih lanjut Nikman mengatakan, YCMM membangun 82 unit hunian tetap bagi korban gempa dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sebanyak 47 unit di antaranya dibangun di Dusun Tumalei, Desa Silabu, Kecamatan Pagai Utara, dan 35 unit lagi di kawasan Maonai, Desa Bulasat, Kecamatan Pagai Selatan.

Sementara Direktur YCMM Roberta Sarogdok mengatakan, pendampingan pembangunan hunian tetap untuk masyarakat Tumalei akan berakhir pada 30 September 2011 sebagaimana yang telah disepakati oleh seluruh staf YCMM.

"Ini target kita untuk melengkapi pembangunan hunian warga, mudah-mudahan target tersebut dengan kerja sama yang baik bisa rampung seluruhnya," ujarnya.

Sebelumnya, masa pendampingan itu berakhir pada 31 Juli 2011. Namun, atas keputusan pos komando Lumbung Derma sebagai penyalur bantuan untuk korban bencana di Mentawai, maka YCMM mengambil keputusan untuk mendampingi pembangunan rumah warga Tumalei sampai tuntas.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement