REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Gempa tektonik yang terjadi di Denpasar, Bali, Kamis (15/10), mengakibatkan kerusakan pada sejumlah rumah penduduk, sekolah, maupun fasilitas-fasilitas pemerintah. Namun demikian kata Kepala Seksi UPT Pusdalops Pengendalian Bencana Provinsi Bali, Komang Kusuma Edi, berapa jumlah kerugian materialnya, belum semuanya dihitung.
"Kami sudah mendatanya, sejumlah kerusakan di rumah penduduk maupun fasilitas milik pemerintah telah kami inventarisir, tapi nilai kerugiannya belum dihitung," kata Kusma pada Republika, Sabtu (15/10). Berdasarrkan informasi termutahkir yang diterima Pusdalops jelas Kusuma, gempa yang terjadi Kamis lalu, merata di seluruh Bali.
Namun yang terdahsyat di kota Denpasar. Karena itu pula, kerusakan bangunan fisik yang terbanyak terdapat di Kota Denpasar. "Termasuk tembok kantor BMKG yang memantau guncangan gempa juga retak," katanya.
Beberapa bangunan instansi pemerintah yang mengalami kerusakan antara lain yakni puluhan genting pada gedung Bappeda Provinsi Bali runtuh, begitu pula gedung Dinas Sosial Provinsi, dan Kantor Depkominfo. Sementara beberapa gapura perkantoran pemerintah juga dilaporkan retak-retak.
Selain gedung perkantoran pemerintah, sejumlah rumah sakit (RS) juga mengalami kerusakan, yakni RS Kasih Ibu, Puskesmas Denpasar Timur II, RSUP Sanglah, dan Puskesmas Pembantu Dauh Puri, Desa Pekambingan. Sedangkan korban luka-luka, dijelaskan Kusuma, berjumlah 88 orang, masing-masing 82 dengan rawat jalan dan enam orang rawat inap. Tiga orang diantaranya menjalani rawat inap di RSUP Denpasar.
Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUP Sanglah, dr Ken Wirasandi, membenarkan adanya 54 korban luka yang dirawat disana dan tiga orang masih menjalani rawat inap. Tapi kata Ken, para korban tidak termasuk pasien gawat, melainkan hanya darurat. "Nanti kalau mereka sudah beristirahat, kita pulangkan," katanya.