REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS---Ketika harga BBM naik, boleh jadi masyarakat yang merasakan pil pahit ini termasuk juga petani. ''Dalam kondisi semacam ini, masyarakat petani memang dalam posisi yang paling tidak menguntungkan. Petani tidak bisa menaikkan harga jual gabahnya dengan alasan harga BBM naik,'' kata Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Banyumas, Dwiko Riyono.
Saat ini, harga gabah di tingkat petani memang terus merosot. Seperti di Kabupaten Banyumas, harga Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat petani sudah anjlok mencapai Rp 4.300 per kg dari sebelumnya mencapai Rp 5.000 per kg. Tingkat harga tersebut mendekati Harga Pedoman Pemerintah (HPP) untuk GKG Rp 4.200 per kg.
Harga beras juga terus merosot mencapai Rp 6.700 per kg di tingkat penggilingan untuk beras medium jenis IR 64. Sebelumnya, harga beras sempat puncaknya pada tingkat harga Rp 8.300 per kg. Sementara HPP untuk beras adalah Rp 6.600 per kg.
Dwiko memperkirakan harga beras dan gabah ini akan terus merosot seiring dengan akan datangnya musim panen raya yang diperkirakan akan berlangsung mulai awal April hingga awal Mei 2012 mendatang. ''Saat ini, di beberapa wilayah di eks Karesidenan Banyumas, baru mulai ada yang panen. Baru musim awal panen saja harga sudah anjlok seperti ini. Apalagi kalau sudah musim panen raya,'' katanya.
Kondisi ini, juga banyak dikeluhkan kalangan petani yang mulai menghadapi musim panen. Eli Martono (47), warga Desa Margasana Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas, juga mengeluhkan harga gabah yang terus merosot sementara harga-harga kebutuhan lainnya terus melonjak. Dia khawatir, pada musim panen raya nanti, harga beras dan gabah terus merosot jauh di bawah HPP. ''Sawah di sini baru mulai akan panen pada pertengahan April. Belum panen saja harga sudah seperti sekarang, apalagi nanti kalau sudah panen,'' katanya.