REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden China Xi Jinping mengunjungi wilayah barat laut Xinjiang pekan ini. Dalam kunjungan itu, Xi menyebut Xinjiang sebagai area inti dan pusat dalam program China yang menjangkau Asia Tengah hingga Eropa Timur.
Menurut laporan kantor berita pemerintah China Xinhua, Xi akan membangun pelabuhan, kereta api, dan pembangkit listrik. Pembangunan itu akan menghubungkannya dengan ekonomi yang menjangkau dari Asia Tengah hingga Eropa Timur.
Xi bertemu dengan para pemimpin Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang (XPCC) yang merupakan badan supra-pemerintah yang mengoperasikan pengadilan, sekolah, dan sistem kesehatannya sendiri. Pemerintahan ini berada di bawah sistem militer yang diberlakukan di wilayah tersebut setelah Partai Komunis berkuasa pada 1949.
Menurut Xinhua, Xi belajar tentang sejarah XPCC dalam mengolah dan menjaga daerah perbatasan. Xinjiang berbatasan dengan Rusia, Afghanistan, dan Asia Tengah. Cina mencoba menarik negara-negara tersebut ke dalam orbitnya melalui insentif ekonomi dan aliansi keamanan.
Dalam kepemimpinan Xi, pihak berwenang telah melakukan tindakan keras terhadap komunitas Uighur dan Kazakh di Xinjiang. Para kritikus menggambarkan tindakan keras yang menempatkan ribuan orang di kamp-kamp indoktrinasi seperti penjara sebagai genosida budaya.
Amerika Serikat dan lainnya telah menempatkan pejabat yang bertanggung jawab di bawah larangan visa. Pemerintah Cina dinilai melakukan upaya penahanan di luar hukum, pemisahan keluarga, dan memenjarakan orang karena belajar di luar negeri atau memiliki kontak asing.