REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mengatakan, total hutan mangrove yang rusak atau mengalami deforestasi di Indonesia mencapai 700 ribu hektare. Deforestasi mangrove itu paling banyak diakibatkan oleh tambak.
Deputi Bidang Perencanaan dan Evaluasi BRGM, Satyawan Pudyatmoko, menjelaskan, Indonesia total memiliki hutan mangrove seluas 4.120.263 hektare (ha). Tapi, hanya 3.394.000 ha di antaranya yang masih berwujud mangrove, baik itu yang tertanam mangrove secara rapat, sedang, maupun jarang.
Sedangkan sisanya, atau sekitar 700 ribu ha sudah rusak atau gundul. "(Deforestasi) 700 ribu ha ini kebanyakan karena tambak, yakni seluas 631 ribu ha. Baik itu tambak di kawasan hutan maupun di area penggunaan lain (APL)," kata Satyawan saat acara media briefing di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (19/7/2022).
Menurut dia, hutan mangrove rusak di area tambak karena petani atau pengusaha tambak menganggap keberadaan pohon bakau itu mengganggu. Ia pun menyoroti kebijakan Presiden Jokowi merevitalisasi tambak.
"Dari Presiden yang sama, ada program revitalisasi tambak dan ada program rehabilitasi mangrove. Ini hal yang harus dipikirkan bersama," ujarnya dalam acara yang turut dihadiri pejabat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi itu.
Pada awal Juni lalu, Presiden Jokowi menargetkan 600 ribu ha lahan mangrove kritis, tuntas direhabilitasi pada tahun 2024. Jokowi menyebut, rehabilitasi akan dilakukan di Provinsi Kalimantan Timur, Riau, Sumatra Utara, Kalimantan Utara, dan Bali. Daerah-daerah tersebut akan dijadikan pusat mangrove dunia.