Rabu 20 Jul 2022 01:37 WIB

Legislator: Masyarakat tak Perlu Panik dengan Varian Covid-19

Legislator mengatakan masyarakat harus waspada tanpa perlu panik dengan varian Covid.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Bayu Hermawan
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo
Foto: dok istimewa
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo, mengatakan munculnya subvarian terbaru dari Covid-19 Omicron, yaitu BA.2.75 di Indonesia harus mendapat perhatian serius dari semua pihak. Untuk itu, ia mengimbau agar masyarakat dapat mewaspadai penyebaran tersebut tanpa perlu panik.

“Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 belum mereda, kini muncul lagi varian baru yang berpotensi lebih menular, yaitu BA.2.75. Kita memang tak perlu panik tapi fakta bahwa BA.2.75 sudah terdeteksi di Indonesia harus membuat kita lebih waspada dan berhati-hati,” katanya pada Selasa (19/7).

Baca Juga

Politisi dari F-PDI Perjuangan menambahkan, varian BA.2.75 yang pertama kali terdeteksi di India pada Mei lalu disebut-sebut penularannya lebih cepat dari varian BA.5 yang sangat menular. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkategorikan subvarian ini sebagai Variant of Concern (VOC) Lineage Under Monitoring (LUM). Artinya, varian ini tengah diawasi secara ketat oleh WHO.

Ia melanjutkan memang varian terbaru BA.2.75, juga varian BA.4 dan BA.5 ini saat ini belum membebani rumah sakit maupun lebih beresiko dibandingkan Delta dari data yang ada. 

"Akan tetapi, berkaca dari kasus yang terjadi di beberapa negara, misalnya Amerika, dimana saat ini kasus Covid-19 di negara Paman Sam tersebut 80 persen didominasi varian BA.2. Nah, fakta ini harus membuat kita semakin waspada sebab covid masih ada dan kita belum tahu kapan berakhir,” kata dia.

Lalu, secara global penularan Covid-19 masih sangat dinamis. Bahkan, tambah Handoyo mencontohkan kasus di beberapa negara ada yang melampaui 100 ribu kasus per hari. 

"Artinya, meskipun saat ini kita masih terbilang landai tapi kasus varian BA. 4 dan BA.5 terus mengalami kenaikan. Tentu kondisi seperti ini menuntut langkah cepat pemerintah pusat, pemerintah daerah, para epidemiolog dan seluruh elemen masyarakat untuk bergotong royong menghadapi Covid-19 agar tidak kecolongan,” katanya.

Terkait dengan kondisi yang serba tidak menentu saat ini, legislator PDI Perjuangan ini menyampaikan beberapa catatan penting yang menurutnya harus disampaikan semua pihak. Pertama, istilah Immunity Indonesia yang belakangan ini sempat digembar-gemborkan, jangan sampai jadi ‘Jebakan Batman’. 

Jangan sampai istilah tersebut mengesankan bahwa masyarakat sudah kebal berkelompok sehingga bisa bereuforia, bisa meninggalkan masker, tidak mengindahkan protokol kesehatan ini tidak boleh terjadi.

“Salah kaprah seperti ini sangat beresiko karena varian BA.4 dan BA. 5 dan subvarian baru terdeteksi BA.2.75 pun masih bisa menembus tubuh yang sudah di vaksin booster sekalipun efek positif booster memang menghindarkan rasa sakit serius sampai kematian," katanya.

Kedua, Handoyo menyoroti program vaksinasi yang hingga saat ini belum sesuai harapan. Dikatakan, vaksinasi masih dibawah 70 persen sedangkan booster masih rendah sekali, masih di bawah 25 persen standar nasional.

“Justru karena vaksinasi belum sesuai harapan, maka saya mewanti-wanti pemerintah pusat, pemerintah daerah dan seluruh elemen untuk segera bergerak cepat memperkuat pertahanan imunitas masyarakat dengan memfasilitasi vaksinasi booster, termasuk vaksin lengkap. Bagaimanapun, nyata vaksinasi membuat benteng pertahanan tubuh kita semakin kuat itu positifnya,” katanya. 

Ia juga sangat mendukung langkah Pemerintah menggunakan booster sebagai syarat perjalanan moda transportasi dan masuk pusat perbelanjaan. 

Ketiga, pemerintah harus terus meningkatkan surveillance testing tracing. Tugas pemerintah, harus memantau terus kenaikan kasus varian BA.4, BA.5 dan BA.2.75. Termasuk tingkat risiko varian baru tersebut harus dipantau apakah lebih, sama atau lebih ringan dibandingkan delta.

"Satu hal lagi, selain memantau masyarakat, pemerintah juga harus menjaga benteng pertahanan seperti pos-pos imigrasi kita di luar negeri tetap diperketat. Saya kira untuk pelaku perjalanan di Indonesia harus ditingkatkan dengan booster sesuai ketentuan," kata dia.

Sebelumnya diketahui, Data Kementerian Kesehatan pada Senin (18/7) pukul 12.00 WIB menyebutkan penambahan kasus Covid-19 tertinggi di DKI Jakarta dengan jumlah sebanyak 1.864 kasus. Kemudian diikuti dengan Jawa Barat dengan 531 kasus dan Banten dengan 470 kasus. Total penambahan kasus baru di Tanah Air sebanyak 3.393 kasus.

Sementara jumlah kasus sembuh terbanyak terjadi di DKI Jakarta dengan jumlah 1.355 kasus, kemudian diikuti Jawa Barat dengan 425 kasus dan Jawa Timur dengan 209 kasus. Total kasus sembuh sebanyak 2.427 kasus.

Untuk kasus meninggal terbanyak di Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan masing-masing tiga kasus, dan DKI Jakarta dan Bali masing-masing dua kasus. Total kasus meninggal sebanyak 10 kasus. Jumlah provinsi yang jumlah kasus kurang dari 10 sebanyak 23 provinsi, dan nol kasus sebanyak sembilan provinsi. Jumlah spesimen yang diperiksa sebanyak 105.165 spesimen.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement