Jumat 29 Jul 2022 06:57 WIB

Ketika Umat Islam Dipaksa Pindah Agama Kristen Seusai Granada Spanyol Jatuh

Umat Islam Spanyol mengalami kemunduran pascajatuhnya Granada ke tangan Kristen

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Taman di Alhambra Granada Spanyol. Umat Islam Spanyol mengalami kemunduran pascajatuhnya Granada ke tangan Kristen
Foto:

Akan tetapi, polanya begitu serampangan dan jelas sekali didasari dendam, alih-alih keadilan. Orang-orang non-Nasrani dibebani kewajiban pajak yang sangat besar. Kalau tidak mau ataupun tidak mampu membayarnya, warga tersebut akan diusir dari daerah tempat tinggalnya.

Praktis, pemerintahan Salibis ini tidak ubahnya teror bagi komunitas Muslim dan Yahudi. Reconquista menyebabkan mereka tercerabut dari kebebasan dan hak-hak sipil. 

Banyak kasus pengusiran terjadi. Ambil contoh, pada 30 Juli 1492, sekitar 200 ribu umat Yahudi diusir secara paksa oleh Raja Ferdinand Aragon. Pada tahun berikutnya, Uskup Agung Hernando de Talavera memaksa penduduk Muslim Granada untuk memeluk Katolik. Jika tidak mau berpindah keyakinan, mereka akan diusir dari Iberia.

Ignacio Tofino-Quesada dalam karyanya, Censorship and Book Production in Spain During the Age of the Incunabula menjelaskan, baik Ferdinand maupun Isabella bertanggung jawab dalam fenomena Reconquista. 

Pada 1502, ratu tersebut menetapkan aturan bahwa seluruh umat non- Kristiani yang berada di wilayah Kerajaan Kastilia wajib mengganti agamanya menjadi Katolik.

Baca juga : Surat Muslim Spanyol ke Sultan Beyezed II Ini Gambarkan Kegetiran Umat Islam di Eropa

Kebijakan serupa juga diterapkan Raja Charles V terhadap umat Islam yang bermukim di wilayah Kerajaan Aragon pada 1526, ujar Ignacio. 

Menurut catatan sejarah, Raja Philip III dari Spanyol mengusir 300 ribu Muslim Andalusia antara 1610 dan 1614 lewat titah yang ia keluarkan pada 22 September 1609. 

Melalui praktik tersebut, rezim Salibis berusaha melenyapkan semua jejak peradaban Islam yang nyata-nyata telah banyak memberikan kontribusi dalam proses pencerahan Eropa.

Waktu menjadi tidak lagi sama bagi kaum Muslimin Andalusia. Sejak Reconquista diberlakukan, yang sangat efektif semenjak jatuhnya Granada, perayaan hari-hari besar Islam dihapuskan dari kalender nasional. 

Tidak ada lagi keramaian Idul Fitri atau Idul Adha di pusat-pusat kota. Sebaliknya, tanggal tumbangnya Emirat Granada, yakni 2 Januari diperingati secara besar-besaran. 

Baca juga : Pelajaran Penting di Balik Jatuh Bangun Peradaban Islam di Andalusia Spanyol

Bahkan, hingga kini perayaan tahunan itu masih digelar secara rutin dalam bentuk Dia d ela Toma de Granada. Pawai dan arak-arakan diadakan dengan meriah, seolah-olah itulah momen gembira yang patut dikenang.

Tentu saja, Dia de la Toma hanya akan melukai hati kaum Muslimin Spanyol, khususnya di Granada. Pasalnya, perayaan tersebut seolah-olah menyiratkan Islam sebagai makhluk yang tidak boleh lagi muncul di daratan Hispania, bahkan dalam bentuk apa pun.

 

Dewan Islam Granada berusaha melobi otoritas kota setempat untuk menghentikan perayaan Dia de la Toma. Namun, hingga saat ini perminta an tersebut belum lagi dikabulkan, ujar Craig S Smith dalam artikelnya, Granada Journal: Where the Moors Held Sway, Allah Is Praised Again.     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement