REPUBLIKA.CO.ID., RIYADH -- Arab Saudi kembali menegaskan tidak akan mengubah sikap tegas terhadap masalah Palestina, meski telah memutuskan untuk membuka wilayah udaranya bagi semua pesawat internasional, termasuk yang berasal dari Israel.
Hal ini dikemukakan oleh Mohamed al-Atiq, penjabat kuasa usaha delegasi tetap Arab Saudi untuk PBB, selama pertemuan Dewan Keamanan soal Palestina, menurut kantor berita resmi Saudi Press Agency.
“Arab Saudi menegaskan bahwa sikapnya yang tegas dan konstan terhadap perjuangan Palestina dan rakyat Palestina tidak akan berubah dengan mengizinkan penerbangan internasional melintasi wilayah udara kerajaan,” kata pejabat Saudi.
Pejabat itu menekankan bahwa "keputusan untuk mengizinkan penggunaan wilayah udara untuk semua maskapai penerbangan terkait dengan kewajiban internasional, dan langkah ini tidak berarti itu merupakan awal dari langkah-langkah lain."
Pada pertengahan Juli, Presiden AS Joe Biden mendarat di Jeddah setelah terbang langsung dari Tel Aviv, ibu kota Israel.
Tepat sebelum kedatangan Biden, badan penerbangan sipil Arab Saudi mengumumkan pembukaan wilayah udaranya untuk semua maskapai penerbangan yang memenuhi persyaratan otoritas untuk mengakses wilayah udaranya.
Karena deklarasi tersebut tidak mengecualikan maskapai Israel, keputusan itu secara efektif mencabut pembatasan penerbangan ke dan dari Israel, yang disambut baik oleh Tel Aviv.
Menyusul keputusan itu, Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan menegaskan bahwa “ini tidak berarti pembangunan hubungan diplomatik dengan Israel, juga tidak berarti langkah-langkah lain.”
Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan telah berulang kali menyatakan bahwa mereka tidak akan menormalkan hubungan dengan Tel Aviv sampai masalah Palestina diselesaikan.