REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan Taliban "dengan buruk" melanggar Kesepakatan Doha. Taliban diduga menampung dan memberi tempat tinggal pada pemimpin Alqaeda Ayman al-Zawahiri.
"Dalam menghadapi ketidaksediaan atau ketidakmampuan Taliban mematuhi komitmen mereka, kami akan terus mendukung rakyat Afghanistan dengan mendorong bantuan kemanusiaan dan mengadvokasi perlindungan pada hak asasi mereka, terutama perempuan dan gadis," kata Blinken dalam pernyataannya, Selasa (2/8/2022).
Sebelumnya kantor berita Arab Saudi melaporkan Riyadh menyambut baik pengumuman Presiden AS Joe Biden tentang kematian pemimpin Alqaeda Ayman al-Zawahiri. Ia tewas dalam serangan drone CIA di Afghanistan akhir pekan.
"Zawahiri dianggap salah satu pemimpin terorisme yang memimpin rencana dan eksekusi operasi teroris kejam di Amerika Serikat dan Arab Saudi," kata Arab Saudi dalam pernyataannya.
Kematiannya menjadi pukulan terbesar bagi kelompok militan tersebut sejak pendirinya Osama bin Laden tewas pada 2011. Zawahiri membantu mengkoordinasikan serangan 11 September 2001 yang menewaskan hampir 3.000 orang.
Salah seorang pejabat Amerika Serikat (AS) yang tidak disebutkan namanya mengatakan, CIA menggelar serangan pesawat tak berawak di ibukota Afghanistan Kabul pada Ahad (31/7/2022).
"Pada akhir pekan, Amerika Serikat melakukan operasi kontraterorisme terhadap target signifikan Alqaeda di Afghanistan. Operasi itu berhasil dan tidak ada korban sipil," kata seorang pejabat senior pemerintah AS.
Tidak diketahui bagaimana Amerika Serikat yang tidak memiliki pasukan di lapangan mengkonfirmasi Zawahiri telah terbunuh. Dalam beberapa tahun terakhir banyak beredar rumor Zawahiri telah tewas. Sudah lama ia dilaporkan sakit keras.
Kematiannya menimbulkan pertanyaan apakah Zawahiri menerima perlindungan dari Taliban, setelah mereka mengambil alih Kabul pada Agustus 2021. Serangan droen itu adalah serangan AS pertama yang diketahui di Afghanistan sejak pasukan dan diplomat AS meninggalkan negara itu pada Agustus 2021.
Aksi ini dapat meningkatkan kredibilitas Amerika Serikat masih dapat mengatasi ancaman dari Afghanistan tanpa ada militernya di negara itu. Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid membenarkan serangan itu dan mengecam sebagai pelanggaran prinsip-prinsip internasional.