Kamis 11 Aug 2022 20:58 WIB

Presiden Tsai: Ancaman Militer China Belum Berkurang

Taiwan tidak akan meningkatkan konflik dan mempertahankan kedaulatan nasional.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 FILE - Dalam foto yang dirilis oleh Xinhua News Agency, seorang pembom H-6K militer China terlihat melakukan latihan, saat angkatan udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melakukan patroli udara tempur di Laut China Selatan pada 23 November 2017 China menggelar latihan militer tembakan langsung di enam zona yang diumumkan sendiri di sekitar Taiwan sebagai tanggapan atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke pulau yang diklaim Beijing sebagai wilayahnya sendiri.
Foto:

Militer Taiwan kembali mengadakan latihan tembak-menembak pada Kamis (11/8/2022), setelah Beijing mengakhiri latihan militer terbesarnya di sekitar pulau itu. Juru bicara Korps Angkatan Darat Kedelapan Taiwan, Lou Woei-jye, mengatakan, pasukannya menembakkan howitzer dan target suar sebagai bagian dari latihan pertahanan pada Kamis pagi.

Latihan yang berlangsujg di wilayah paling selatan Taiwan, Pingtung, dimulai pada pukul 08.30 pagi waktu setempat dan berlangsung sekitar satu jam. Sederetan artileri berbaris berdampingan. Sementara tentara bersenjata menembakkan howitzer ke laut satu per satu. Taiwan mengadakan latihan serupa pada Selasa (8/8) di Pingtung. Kedua latihan tersebut melibatkan ratusan tentara.

"Kami memiliki dua tujuan untuk latihan tersebut, yang pertama adalah untuk mengesahkan kondisi artileri yang tepat dan kondisi perawatannya. Kedua adalah untuk mengkonfirmasi hasil tahun lalu,” kata Lou, dilansir Alarabiya.

Latihan terbaru itu dilakukan setelah militer China mengindikasikan bahwa latihan militer mereka telah berakhir pada Rabu (10/8/2022). China mengatakan, pasukannya berhasil menyelesaikan berbagai tugas di Selat Taiwan. Namun dalam pengumuman yang sama, China mengatakan, mereka akan terus melakukan pelatihan militer dan mempersiapkan perang.

"Kami siap untuk menciptakan ruang yang luas untuk reunifikasi damai, tetapi kami tidak akan meninggalkan ruang untuk kegiatan separatis dalam bentuk apa pun,” kata pernyataan China.

Taiwan secara rutin menggelar latihan militer yang mensimulasikan pertahanan terhadap invasi China. Bulan lalu Taiwan mempraktekkan serangan balasan dari laut dalam “operasi intersepsi bersama” sebagai bagian dari latihan tahunan terbesarnya.

Taiwan berpisah dengan China daratan di tengah perang saudara pada 1949. Taiwan menentang penyatuan politik dengan China, dan lebih memilih untuk mempertahankan hubungan ekonomi yang erat dan status quo kemerdekaan de-facto.

Di luar risiko geopolitik, krisis yang berkepanjangan di Selat Taiwan dapat memiliki implikasi besar bagi rantai pasokan internasional. Taiwan adalah penyedia chip komputer yang penting bagi ekonomi global, termasuk sektor teknologi tinggi China.

Taiwan telah menempatkan pasukannya dalam kondiai siaga. Tetapi sejauh ini, Taiwan menahan diri dan tidak mengambil tindakan pencegahan aktif. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement