Selasa 23 Aug 2022 01:13 WIB

Safari Politik Puan Bisa Buyarkan Peta Koalisi Parpol yang Sekarang Ada

Nasdem bisa saja membatalkan bakal capres hasil rakernas jika berkoalisi dengan PDIP.

Red: Andri Saubani
Ketua DPP PDIP Puan Maharani memberi salam kepada Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh usai pertemuan di Kantor DPP Nasdem, Jakarta,  Senin (22/8/2022). Pertemuan tersebut dalam rangka silahturahmi sekaligus safari politik yang merupakan salah satu dari amanat Rakernas PDIP dengan menugaskan Puan Maharani untuk membuka komunikasi dengan partai lain menjelang Pemilu 2024. Prayogi/Republika
Foto:

Adapun, pengamat politik dari Universitas Jember Muhammad Iqbal menilai, ada tiga sinyal pesan politik dari pertemuan PDI Perjuangan (PDIP) dengan Partai NasDem yang merupakan salah satu rangkaian safari politik Puan Maharani. Sinyal pertama, yakni menepis anggapan selama ini adanya kerenggangan relasi politik antara PDI Perjuangan dengan Partai Nasdem.

"Kedua, menegaskan kebutuhan PDI Perjuangan untuk penguatan dukungan koalisi Pilpres 2024. Meskipun PDIP jelas satu-satunya poros parpol yang sudah punya tiket pencapresan, tapi masih berhitung rasional untuk memperkuat proyeksi modal kemenangan," ujar Iqbal.

Kemudian sinyal ketiga, menunjukkan bahwa safari penjajakan Puan Maharani ke Partai NasDem perlu dipahami sebagai saluran untuk kepastian politik pencapresan. Seperti diketahui bahwa Rakernas NasDem2022 telah sepakat mencalonkan Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Andhika Perkasa dalam Pemilu Presiden 2024.

"Ganjar yang kader PDIP menjadi satu capres versi Rakernas NasdDem. Mengapa bukan Puan Maharani? Pada konteks itulah safari Puan membutuhkan kepastian politik," ucap pakar komunikasi politik Unej itu.

Namun, lanjut dia, apakah safari politik Puan akan berpotensi mengubah peta poros koalisi dan tentu potensi perubahan peta koalisi bisa saja terjadi karena tidak ada yang abadi dalam politik kecuali kepentingan politik itu sendiri.

"Nasdem niscaya konsisten dan berkomitmen penuh atas hasil rakernasnya. Siapa dari tiga nama yang diusung sebagai capres, jelas masih terlalu dini dipastikan karena masih ada sekian waktu untuk memastikan capresnya," ujarnya.

Demikian pula dengan PDIP, boleh jadi upaya Megawati untuk bersikeras mencapreskan Puan Maharani semata menjaga arus dan arah sentimen dukungan politik ke PDIP, papar dia. Bila tiba momentumnya, kata dia, bisa saja berubah, mungkin malah Ganjar Pranowo yang akan diusung agar peluang memperkuat poros koalisi dengan Nasdem dapat terjadi.

"Nasdem sampai kini belum memastikan siapa capres tunggalnya. Masih ada tiga nama dan salah satunya Ganjar, sebagai kohesi koalisi dengan PDIP. Itulah makna cek ombak safari politik Puan Maharani," katanya.

Wakil Ketua Umum Partai Nasdem, Ahmad Ali mengatakan bahwa pihaknya tak menutup pintu komunikasi dengan partai politik manapun. Termasuk dengan PDIP yang disebutnya berpeluang membentuk poros baru.

"Sisi mana yang kemudian menutup kesempatan itu. Sisi mana yang kemudian menutup peluang Nasdem dan PDIP berkoalisi sedangkan hari ini kami sedang melakukan koalisi bersama-sama," ujar Ali di Kantor DPP Partai Nasdem, Jakarta, Senin (22/8/2022).

Partai Nasdem dan PDIP, jelas Ali, memiliki pengalaman berkoalisi ketika mengusung Joko Widodo. Bahkan keduanya yang pertama menyatakan mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta itu di pemilihan presiden (Pilpres) 2014.

"Semuanya masih sangat mencair, semua sangat mungkin politik sangat dinamis. Melihat tadi gestur tubuh Pak Surya dan Puan Maharani begitu dekat begitu bersahabat," ujar Ali.

Adapun, Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengatakan bahwa komunikasi terkait Pilpres 2024 masihlah sangat dinamis. Apalagi pelaksanaannya disebut masih sangat lama, dengan diawali pendaftaran calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada Oktober 2023.

"Masih panjang untuk menentukan siapa, bagaimana, dan apa yang kita tuju pasca 2024, Pilpres dan Pileg akan datang," ujar Puan usai pertemuannya dengan Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, Senin.

PDIP, jelas Puan, tak menutup pintu komunikasi dengan partai politik manapun. Menurutnya,  kedewasaan berpolitik menjadi modal bagi partai politik mengetahui mana waktu untuk bertanding dan bersanding.

"Tidak adanya komunikasi membuat ruang itu tertutup dan menjadi miss komunikasi. Apapun yang akan jadi keputusan dalam dinamika politik akan datang, kita harus bersepakat kapan kita harus bertanding, kapan kita harus bersanding untuk Indonesia," ujar Puan.

 

photo
Serangan Elite PDIP kepada Ganjar Pranowo - (infografis republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement