Senin 05 Sep 2022 14:02 WIB

Tingkatkan Daya Saing, Menparekraf Bekali Santri dengan Ilmu Kekinian 

Santri harus miliki ilmu penting dalam menjawab tantangan di tengah gejolak ekonomi.

Red: Agus Yulianto
Menparekraf Sandiaga Uno mengatakan, Santri Digitalpreneur Indonesia (SDI) adalah program unggulan untuk memastikan terciptanya 1,1 juta lapangan kerja baru berkualitas pada 2022 dan 4,4 juta lapangan kerja pada 2024.
Foto: Istimewa
Menparekraf Sandiaga Uno mengatakan, Santri Digitalpreneur Indonesia (SDI) adalah program unggulan untuk memastikan terciptanya 1,1 juta lapangan kerja baru berkualitas pada 2022 dan 4,4 juta lapangan kerja pada 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengajak para santri menciptakan konten islami yang kreatif dan inspiratif serta memiliki nilai tambah ekonomi.

“Santri Digitalpreneur Indonesia (SDI) adalah program unggulan untuk memastikan terciptanya 1,1 juta lapangan kerja baru berkualitas pada 2022 dan 4,4 juta lapangan kerja pada 2024,” ujar Menparekraf Sandiaga dalam kunjungan kerja ke Pesantren Modern Al Amanah Junwangi, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sebagai bagian dari program Santri Digitalpreneur Indonesia (SDI) 2022, dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Senin (5/9/2022)

Sandiaga menambahkan, program Santri Digitalpreneur Indonesia berangkat dari pemahaman ada 28 ribu pondok pesantren dan 5 juta santri yang merupakan aset berharga. “Kami ingin para santri dibekali ilmu kekinian yang akan meningkatkan daya saing mereka dan dapat membawa Indonesia menuju negara adil makmur,” tutur Menparekraf.

 

photo
Menparekraf Sandiaga Uno mengatakan, Santri Digitalpreneur Indonesia (SDI) adalah program unggulan untuk memastikan terciptanya 1,1 juta lapangan kerja baru berkualitas pada 2022 dan 4,4 juta lapangan kerja pada 2024. - (Istimewa)

 

Mantan Ketua Umum Hipmi itu mengatakan, para santri harus memiliki ilmu penting dalam menjawab tantangan di tengah ekonomi yang penuh gejolak. Kata dia, apabila santri memiliki kemampuan berinovasi, mereka bukan saja memiliki penghasilan namun juga menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja.

Di kesempatan itu, Menparekraf berpesan agar para santri memiliki sifat inovatif, adaptif dan kolaboratif. “Untuk itu santri harus mengasah keterampilan, harus mampu mendapatkan inspirasi dari cerita untuk kemandirian para santri itu sendiri. Saya berpesan untuk menerapkan etos kerja 4As: Kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas,” ujarnya.

Tak lupa, Menparekraf berharap para santri mampu menciptakan peluang di era digitalisasi. Jika dari 5 juta santri, 10 persen saja menciptakan 10 konten per minggu, maka akan lima juta konten yang memiliki nilai tambah ekonomi dan kaidah islami. 

"Ini yang jarang. Saat ini konten di dunia maya tidak punya nilai islami yang rahmatan lil alamin dan memupuk semangat beraklakul karimah,” ujarnya.

Sandiaga menambahkan, saat ini kita memasuki era digital era yang disebut revolusi industri 4.0 dan society 4.0. Era digital telah menghasilkan konten-konten di linimasa dunia maya dan nyata. 

Konten di televisi radio dan digital saat ini lebih banyak yang non-islami. Oleh karena itu, SDI hadir bersama Super Mentor untuk menginspirasi para santri yang jumlahnya 5 juta untuk mulai melek digitalisasi karena ini keniscayaan sebagai sarana mengejar ketinggalan. 

"Bagaimana santri ke depan bukan hanya mencari lapangan kerja namun dapat menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja. Peluang ini kita manfaatkan sebaik-baiknya. Ini yang ingin kita dorong,” ujar Menparekraf.

Menparekraf menyebut, saat ini ada total 190 juta pengguna medsos. “Ini hal yang tidak bisa kita lawan, namun kita harus melakukan kegiatan yang bisa menangkap peluang, mampu memberikan dakwah yang lebih baik lagi,” ujarnya.

5 tantangan digital

Sandiaga menekankan, ada lima tantangan digital yang saat ini kita hadapi bersama, yakni Cyber Security, High Competition, Human Resources Development, Availability of Internet Access dan Regulation. Untuk ketahanan digitalisasi maka data harus dipastikan aman. 

"Terkait akses internet, di Sidoarjo sudah bagus, namun masih banyak daerah lain yang akses internetnya kurang. Sedangkan untuk regulasi harus memastikan kemandirian digital kita,” ujarnya.

Untuk bisa menciptakan lapangan kerja, Sandiaga menekankan para santri harus memiliki inovasi, adaptasi dan kolaborasi. “Saya menjadi seperti sekarang karena kena PHK 25 tahun lalu, kehilangan penghasilan dan terpaksa harus bertahan hidup. Krisis itu mengubah kuadran saya dari karyawan menjadi pengusaha. Bermula dari 3 karyawan jatuh bangun semua dilewati. Dan 25 tahun kemudian menjadi usaha nasional yang mampu memberi lapangan kerja bagi 30 ribu orang,” urai Menparekraf.

Kesempatan sama Menparekraf menyemangati para santri untuk tidak pantang menyerah dalam mengejar mimpi. “You can do it. SDI ini menjadi wadah bagaimana para santri dapat mencetak content creator dan podcast agar konten isinya tidak itu itu saja. Semoga pelatihan 4 hari nanti menjadi sebuah awal dari perjalanan panjang. Dalam membangun usaha ada jatuh bangun. Di balik kesulitan ada kemudahan. Santri digital harus jadi penggerak ekonomi negeri,” ujarnya.

Tahun ini, kegiatan Santri Digitalpreneur Indonesia dihadirkan dengan konsep yang berbeda dan hanya akan terfokus pada program "Kreatif dan Digital" dilaksanakan secara offline selama 4 hari di 8 kabupaten/kota terpilih, yaitu Tasikmalaya, Cirebon, Serang, Padang, Banjarmasin, Bondowoso, Sidoarjo dan Bangkalan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement