Kamis 08 Sep 2022 00:30 WIB

Joe Biden Larang Perusahaan Teknologi AS Bangun Pabrik di China Selama 10 Tahun

Biden menjanjikan 280 miliar dolar AS untuk industri manufaktur teknologi tinggi.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nidia Zuraya
Pemerintahan Joe Biden mengeluarkan aturan baru untuk perusahaan teknologi AS yang menerima dana federal. Mereka dilarang membangun fasilitas teknologi canggih di China selama 10 tahun.
Foto: EPA-EFE/JIM WATSON
Pemerintahan Joe Biden mengeluarkan aturan baru untuk perusahaan teknologi AS yang menerima dana federal. Mereka dilarang membangun fasilitas teknologi canggih di China selama 10 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Pemerintahan Joe Biden mengeluarkan aturan baru untuk perusahaan teknologi AS yang menerima dana federal. Mereka dilarang membangun fasilitas teknologi canggih di China selama 10 tahun.

Pedoman aturan tersebut diresmikan sebagai bagian dari rencana 50 miliar dolar AS membangun industri semikonduktor lokal. Hal ini disampaikan menyusul dorongan dari kelompok bisnis kepada pemerintah, dalam upaya mengurangi ketergantungan pada China.

Baca Juga

Perusahaan teknologi disebut-sebut saat ini tengah dihadapkan pada kekurangan microchip global, yang telah memperlambat produksi."Kami akan menerapkan pembatasan, untuk memastikan mereka yang menerima dana CHIPS tidak dapat membahayakan keamanan nasional. Mereka tidak diizinkan menggunakan uang ini untuk berinvestasi di China, mereka tidak dapat mengembangkan teknologi terdepan di China untuk jangka waktu sepuluh tahun," kata Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo, dikutip BBC, Rabu (7/9/2022).

Lebih lanjut, ia menyebut perusahaan yang menerima uang hanya dapat memperluas pabrik mereka di China untuk melayani pasar China. AS dan China saat ini tengah terkunci dalam perselisihan jangka panjang mengenai perdagangan dan teknologi.

Pada bulan Agustus, Presiden AS Joe Biden telah menandatangani undang-undang yang menjanjikan 280 miliar dolar AS untuk manufaktur teknologi tinggi dan penelitian ilmiah, di tengah kekhawatiran bahwa AS kehilangan keunggulan teknologinya dari China.

Investasi tersebut termasuk keringanan pajak bagi perusahaan yang membangun pabrik pembuatan chip komputer di AS.

Disebutkan, AS saat ini memproduksi sekitar 10 persen dari pasokan global semikonduktor yang merupakan kunci untuk segala hal, mulai dari mobil hingga ponsel, turun dari capaian hampir 40 persen pada 1990.

Di sisi lain, Kedutaan Besar China di Washington telah menentang RUU semikonduktor. Mereka menyebut keputusan ini mengingatkan pada mentalitas Perang Dingin.

Beberapa pembuat chip AS sudah mengalami dampak atas tindakan keras Washington dalam menjual teknologi AS ke China. Awal bulan ini, Nvidia dan AMD diberitahu oleh pejabat AS untuk menghentikan penjualan chip kecerdasan buatan ke China.

Menanggapi hal itu, Dan Ives dari Wedbush Securities menyebut pembatasan itu sebagai pukulan untuk Nvidia. "Ini benar-benar sebuah pukulan dan itu benar-benar akan mengobarkan api ketegangan dalam hal geopolitik," kata Ives. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement