Jumat 09 Sep 2022 16:57 WIB

Pembangunan dan Perbaikan Kilang, Pertamina Berhasil Tekan Biaya Operasional

Kini biaya operasional kilang Pertamina jauh lebih rendah dari kilang Singapura

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Kilang Pertamina, (ilustrasi).
Foto: dok. Humas Pertamina RU VI Balongan
Kilang Pertamina, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring dengan pembangunan dan perbaikan kilang yang dilakukan Pertamina, kini operasional kilang lebih hemat dan mampu bersaing dengan sejumlah kilang milik perusahaan energi dunia di Asia Pasifik.

Kerja keras Pertamina tersebut dapat dibuktikan dengan biaya operasional kilang Pertamina yang terus mengalami penurunan rata-rata sekitar 3,67 dolar AS per barel. Biaya operasional kilang Pertamina ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya operasional kilang di Singapura yang mencapai 7,81 dolar AS per barel.

Baca Juga

Biaya operasional kilang terendah telah dicapai dua kilang yakni Refinery Unit (RU) IV Cilacap yakni 2.83 dolar AS per barel dan RU III Plaju yakni 2.92 dolar AS per barel. Upaya pembangunan dan revamping kilang terus dilakukan Pertamina dan hasilnya mampu menekan operasional kilang sehingga lebih rendah dari perusahaan migas lainnya di Asia Pasifik,” ungkap Taufik Aditiyawarman, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional.

Penurunan operasional kilang diperoleh dari terobosan dan penghematan yang dilakukan Pertamina, terutama dalam pengadaan minyak mentah. Saat ini, untuk pengadaan crude Pertamina mampu bersaing di pasar global senilai 69,246 dolar AS per barel lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan lain yang berada di angka 69,46 dolar AS per barel dan satu perusahaan migas lain jauh di atas yakni 71,80 dolar AS per barel.

Dengan program RDMP yang terus berjalan, kilang Pertamina juga menjadi lebih fleksibel mengolah berbagai jenis minyak mentah. Sehingga kata Taufik, rata-rata Net Cash Margin (NCM) Pertamina sangat positif, sebesar 4,88 dolar AS per barel. Keberhasilan ini bahkan jauh dibandingkan dengan Malaysia Pertronas 1,56 dolar AS per barel.

“Upaya menekan biaya operasi salah satunya dengan penurunan biaya pembelian crude, karena porsi terbesar dalam produksi BBM adalah biaya pembelian minyak mentah yang mencapai 92 persen dari Biaya Pokok Produksi,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement