REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Sejumlah perempuan di beberapa kota di Iran melepas dan membakar jilbab mereka. Tindakan ini dilakukan sebagai bentuk protes atas kematian Mahsa Amini yang meregang nyawa dalam tahanan polisi karena tidak memakai jilbab.
Dilansir Alarabiya, Rabu (21/9/2022), kematian Amini menimbulkan aksi protes di puluhan kota di seluruh Iran. Menurut video yang dibagikan oleh akun @1500tasvir di Twitter menunjukkan, beberapa perempuan melepas jilbab mereka dalam aksi protes. Bahkan beberapa perempuan lainnya membakar jilbab mereka. Peristiwa bakar jilbab ini belum pernah terjadi di Iran. Iran telah mewajibkan jilbab bagi seluruh perempuan setelah revolusi 1979.
Dalam salah satu video yang direkam di Kota Sari, seorang perempuan terlihat menari dengan jilbab di tangannya. Dia kemudian melemparkan jilbabnya ke dalam api dan disambut dengan sorak-sorai para pengunjuk rasa.
Protes dimulai setelah Mahsa Amini, seorang wanita Kurdi Iran berusia 22 tahun, dinyatakan meninggal pada Jumat (16/9/2022). Amini mengalami koma setelah dia ditahan oleh polisi moral karena diduga tidak mematuhi aturan penggunaan jilbab di Teheran pada 13 September.
Aktivis dan pengunjuk rasa mengatakan, Amini dipukuli oleh petugas polisi saat ditahan. Pukulan ini menyebabkan luka serius hingga meninggal dunia. Namun polisi membantah tuduhan tersebut.
Protes juga pecah di dua kota konservatif yaitu Masyhad dan Qom. Mashhad adalah tempat kelahiran Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei dan merupakan rumah bagi kuil Imam Syiah kedelapan. Sementara Qom dianggap sebagai "ibu kota agama" Iran karena menjadi basis banyak ulama senior Syiah. Kota ini juga merupakan rumah bagi tempat suci tokoh penting Syiah lainnya.
Dalam sebuah video yang direkam di Mashhad, pengunjuk rasa menguasai dua mobil polisi. “Kami tidak menginginkan Republik Islam,” teriak seorang wanita yang berdiri di atas salah satu mobil polisi.
Video dari beberapa kota menunjukkan kendaraan polisi yang rusak serta pengunjuk rasa bentrok dengan pasukan keamanan. Pengunjuk rasa di seluruh Iran menuntut perubahan rezim.
Satu video dari Kota Shiraz menunjukkan pasukan keamanan menembaki sejumlah orang. Dalam video lainnya, pasukan keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa.
Gubernur provinsi Kurdistan Iran pada Selasa mengkonfirmasi kematian tiga orang dalam aksi protes. Pada hari yang sama gubernur Teheran mengatakan, pasukan keamanan menangkap beberapa warga negara asing selama protes di ibukota. Pemerintah menuduh dinas intelijen asing terlibat dalam kerusuhan yang sedang berlangsung di Iran.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Naser Kanani mengutuk "sikap intervensionis" oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa mengenai kematian Amini. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sebelumnya meminta Teheran untuk mengakhiri penganiayaan sistemik terhadap perempuan dan mengizinkan protes damai. Sementara Uni Eropa mengatakan, para pelaku yang membunuh Amini harus bertanggung jawab.