Jumat 23 Sep 2022 19:15 WIB

Laporan: Israel Jual Sistem Pertahanan Udara Canggih ke UEA

Israel menyetujui permintaan UEA untuk jual sistem pencegat seluler SPYDER

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Esthi Maharani
Israel dilaporkan telah setuju untuk menjual sistem pertahanan udara canggih ke Uni Emirat Arab
Foto: Republika
Israel dilaporkan telah setuju untuk menjual sistem pertahanan udara canggih ke Uni Emirat Arab

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Israel dilaporkan telah setuju untuk menjual sistem pertahanan udara canggih ke Uni Emirat Arab (UEA). Hal ini didasarkan pada laporan Reuters yang merujuk pada dua sumber yang mengetahui persoalan itu.

Dua sumber tersebut, seperti dikutip dari laporan Reuters, Jumat (23/9/2022), mengatakan, ada kesepakatan pertama di antara kedua negara sejak menjalin hubungan pada 2020. Kesepakatan itu memperkuat beberapa negara Arab yang menyelesaikan konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade, dan kini telah dibayangi oleh prioritas nasional, seperti keamanan dan ekonomi.

Israel dan UEA yang bersekutu dengan AS memiliki ketakutan yang sama terhadap Iran yang memperoleh senjata nuklir meski Teheran membantahnya. Dua sumber tersebut menyampaikan, Israel menyetujui permintaan UEA di tengah musim panas dan akan memasok negara Teluk dengan pencegat seluler SPYDER buatan Rafael.

Namun sumber itu menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut karena sifat sensitif dari kesepakatan itu. Kemudian sumber ketiga Reuters mengungkapkan, UEA telah memperoleh teknologi Israel yang mampu memerangi serangan pesawat tak berawak seperti yang melanda Abu Dhabi awal tahun ini.

Kementerian pertahanan Israel dan produsen SPYDER Rafael menolak berkomentar. Kementerian luar negeri UEA juga tidak berkomentar. Belum diketahui dengan jelas berapa banyak pencegat yang dipasang pada kendaraan dan dapat bertahan dari ancaman jarak pendek hingga jarak jauh.

Menanggapi soal apakah Israel menyediakan UEA dengan sistem pertahanan udara, Ketua Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan parlemen Israel, Ram Ben-Barak, mengatakan bahwa ada kerja sama yang luas dengan UEA, tetapi ia menolak berkomentar lebih lanjut.

Kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara UEA meningkat setelah serangkaian serangan rudal dan pesawat tak berawak di negara Teluk itu terjadi pada Januari dan Februari 2022. Sebagian besar serangan berhasil dicegah, tetapi serangan menewaskan tiga warga sipil di Abu Dhabi.

Serangan itu mengguncang para pemimpin UEA, yang telah lama membanggakan keamanan dan stabilitasnya di wilayah yang penuh gejolak. Bahkan sebuah terminal yang sedang dibangun di bandara Abu Dhabi juga terkena, hingga melukai pekerja sipil. Setidaknya beberapa rudal dan drone terbang di ketinggian rendah untuk menghindari deteksi oleh Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) dan pencegat Patriot buatan UEA.

Rafael dalam keterangannya menyatakan, SPYDER dapat mempertahankan area yang luas dari ancaman seperti drone, rudal jelajah, pesawat serang, helikopter, dan pembom, termasuk dari ketinggian rendah.

Sumber-sumber itu membeberkan, kesepakatan pencegat dicapai pada pertengahan musim panas, yaitu ketika Amerika Serikat dan Israel mendorong negara-negara Arab untuk menghubungkan sistem pertahanan udara mereka untuk lebih bertahan melawan serangan pesawat tak berawak dan rudal Iran.

Usulan itu tentu bisa mendapat perlawanan dari beberapa negara Arab yang tidak memiliki hubungan dengan Israel. Meskipun seorang pejabat Israel mengatakan negara-negara mitra menyinkronkan sistem melalui komunikasi elektronik jarak jauh.

Anwar Gargash, penasihat diplomatik presiden UEA, UEA akan mempertimbangkan apa pun yang melindungi negara dari drone dan rudal selama itu defensif dan tidak menargetkan negara ketiga. Israel dan UEA tahun ini menandatangani kesepakatan perdagangan bebas.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement