Kamis 20 Oct 2022 04:37 WIB

HWFC Apresiasi Ide Menko PMK Soal Rembuk Nasional Suporter Sepakbola

HWFC menilai rembuk nasional suporter sepakbola adalah ide cerdas.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Hizbul Wathan FC (HWFC), Suli Daim, menilai rencana rembuk nasional suporter sepak bola se-Indonesia merupakan ide yang cerdas. Menurutnya hal itu menjadi momentumnya tepat untuk merlakukan perbaikan persepakbolaan nasional yang harus segera direalisasi.

"Kami mengapresiasi ide bagus Menko PMK Muhadjir Effendy sebagai upaya perbaikan sepak bola agar semakin lebih baik," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (19/10).

Baca Juga

Suporter sepak bola seluruh Indonesia akan berkumpul di Malang untuk melakukan Rembuk Nasional, 23-24 Oktober 2022 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).  Mereka akan membahas  sekitar  reposisi dan empowering (pemberdayakan)  eksistensi suporter dalam kerangka transformasi persepakbolaan nasional.   Acara ini diprakarsai Menko PMK Muhadjir  Effendy berkolaborasi dengan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Suli Daim memberikan tiga alasan bahwa tranformasi persepakbolaan nasional harus segera diwujudkan.  Pertama, ketidakdewasaan pendukung (suporter). Para pendukung sepak bola yang tidak bersikap dewasa riskan memicu konflik yang berujung baku hantam dan menelan korban.  

"Kedua, terkait aparat keamanan. Sebuah laga pertandingan,  aparat keamanan harus dipersiapkan secara matang, baik dari kuantitas maupun peralatan yang dibutuhkan," katanya. 

Ketiga, panitia pelaksana. Pelaksanaan pertandingan sepak bola harus benar-benar dipersiapkan secara matang, tidak setengah-setengah, mengingat tensi rivalitas antar klub begitu tinggi. Panitia pelaksana harus memperhitungkan segalanya, mulai dari kapasitas penonton, ketersediaan dan keamanan fasilitas, jumlah aparat keamanan harus sebanding dengan jumlah penonton, serta segala hal yang mendukung lancarnya pelaksanaan pertandingan. 

"Di Eropa tensi kontradiktif antar kubu sangat tinggi, tapi hanya berlangsung 2 x 45 menit ketika pertandingan. Para pendukung sepak bola di Eropa memang lebih dewasa dibandingkan pendukung sepak bola di negara kita," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement